IDEALISME MAHASISWA
0Thursday, November 21, 2013 by zidniezou
Suatu
hari, saya melakukan perbincangan dengan topik yang cukup menggigit dengan
teman sambil melakukan diskusi tugas ergonomi (sekitar awal tahun ketiga
kuliah, saya masih polos waktu itu haha). Salah satu teman saya ini memang
terbilang unik karena masih bercita-cita menjadi ‘orang nomor satu’ di negeri
ini alias jadi Presiden. Di saat teman-teman seangkatan mempunyai cita-cita
atau karir di bidang bisnis atau industri, ternyata masih ada juga yang kekeuh
menjadi seorang presiden. Cita-cita dia memang terbilang konsisten, kalau gak
salah dari SMA sampai postingan ini dibuat, cita-cita teman saya ini tetap jadi
Presiden. Berbeda dengan saya yang masih berganti-ganti cita-cita karir nanti. Saya
pikir cita-cita menjadi seorang presiden itu cuma cita-cita anak kecil yang
masih polos. Bukan bermaksud menghina, namun memang jarang sekarang ini orang
yang saya temui mempunyai cita-cita menjadi seorang presiden karena di negara
ini hanya ada satu posisi untuk menjadi presiden dengan tingkat perpindahan
masa kerja yang cukup lama yaitu 5 tahun. Mungkin karena pergaulan saya yang
cukup sempit ya, jadi hanya sedikit tahu seorang mahasiswa yang bercita-cita
menjadi presiden. Bahkan menurut saya, para presiden kita dari Ir. Soekarno
hingga Pak SBY sepertinya mereka tidak ada yang mempunyai cita-cita menjadi
presiden. Hanya saja, posisi mereka sebelum menjadi presiden membuat mereka
berkeinginan/ didorong menjadi presiden.
Lalu,
saya memulai sebuah pertanyaan yang memberikan jawaban yang panjang sekali.
Setidaknya saya jadi sedikit tahu tentang sedikit rahasia politik Indonesia dan
Jakarta haha (namanya juga rahasia, gak mungkin saya certain lah).
Pertanyaannya simple: “Emang lu udah
punya cara-cara mencapai tujuan lu jadi Presiden.” Ya tentu saja dia memberikan
sebuah jawaban yang membuat orang seperti saya yang tidak terlalu tahu tentang
politik menjadi heran, walaupun tidak menceritakan dengan detail tapi dia sudah
tahu cara mewujudkannya walaupun (lagi) saya gak tahu apakah itu bisa
terealisasikan nanti atau tidak. Saya juga gak tahu apakah langkah-langkah yang
dia sebutkan tadi benar-benar bisa mengarahkan tujuannya atau hanya bualan saja karena dia emang jago
‘ngemeng’ (wallahu a’lam).
Pertanyaan
kedua ini yang mau saya bahas dalam posting kali ini: “Kenapa lu gak
ikut-ikutan demo kaya BEM gitu, kan gerakan pemuda kaya pendemo mahasiswa pas
waktu peristiwa Mei 1998 setidaknya sebagai langkah konkrit awal, kan selama
ini lu cuma ‘ngemeng’ doank gak tahu bener ato gak tentang cara-cara lu mau
jadi Presiden yang udah di rancang, setidaknya lu tahu politik dan masalah
negara.” Nah jawabannya dia ini yang memberikan saya semacam kesadaran diri
tentang idealisme mahasiswa yang banyak sekali diperbincangkan orang.
(kata-katanya sih gak sama persis, tapi setidaknya satu ide pokok)
“Para
pendemo mahasiswa itu hanyalah sebuah idealisme (kita juga pasti udah tahu) seseorang
anak muda yang belum mempunyai beban di pundaknya. Tidak seperti sekarang,
pemerintahan dulu berjalan secara otoriter sebelum tahun 1998 sehingga sekolah/
kuliah pun menjadi beban bagi mereka karena takut di DO/ Dropout sehingga (mungkin) bisa mengecewakan orangtua. Sekarang kan
kalau tahu-tahu mereka di DO bisa mengajukan perlindungan hukum (tapi bagaimana
demonya dulu ya, kalau merusak/ bikin ricuh kan tetap dihukum sesuai
Perundang-Undangan. Kalau hanya demo untuk menyampaikan aspirasi boleh-boleh
saja). Lanjut, coba saja kita lihat kalau mereka sudah lulus, sudah punya
tanggungan/ beban (istri, anak, harta, dll). Masih mau ikut demo? (apapun
bentuknya). Mereka pasti main aman. Takut posisinya terancam, takut dipecat,
takut diteror, takut dengan segala sesuatu yang mungkin membahayakan keluarga,
jabatan, hata, dll. Coba saja lihat para pejuang mahasiswa waktu peristiwa Mei
1998 ada Anas Urbaningrum dkk yang sekarang malah dia (red: Anas) sedang
didakwa terkait kasus korupsi. Jadi, saya gak ikutan demo karena pastinya berbeda
pandangan dengan pendemo mahasiswa lain. Mereka demo cuma sekarang pas jadi
mahasiswa. Kalau mereka sudah bekerja/ karir mereka lalu cari aman atau malah
lebih parah daripada orang-orang yang mereka demo. Idealisme yang tidak kekal.”
Wah
kalo saya pikir, memang benar juga menurut dia. Ya itulah idealisme. Jawaban
ini justru membuat saya yang masih udik ini mempunyai gambaran masa depan.
Sebisa mungkin kita harus berpikir visioner (melihat ke depan) apalagi mengenai
cita-cita. Tidak hanya meraih cita-cita namun juga membawa misi untu kebaikan
orang banyak. Berpikir strategis yaitu merencanakan sesuatu dalam jangka
panjang. Kita harus mulai mempunyai idealisme yang bertahan jangka panjang
juga. Yang saya punya saat ini mungkin bukan sekedar idealisme, namun sebuah
keyakinan. Saya tidak sepenuhnya setuju atau tidak setuju dengan demo
mahasiswa. Saya hanya setuju atau tidak setuju dengan hal yang diperjuangkan. Kalau
itu bagus menurut analisis pemikiran saya maka saya setuju, begitu juga
sebaliknya.
Kita
tahu bahwa mahasiswa itu mempunyai tiga peran utama: Agent of Change, Iron Stock,
dan Social Control. Sebagai agent of change, mahasiswa adalah
intelektual muda yang diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih baik lagi dengan
memanfaatkan kekayaan bangsa dan daya pikir yang tajam dan kritis. Mahasiswa
adalah bagian dari masyarakat yang masih muda yang akan menggantikan suatu
kepemimpinan yang habis masanya yang selalu mengisi dari generasi ke generasi
sehingga disebut Iron Stock.
Mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan selalu tanggap dan sadar
apabila terjadi gejolak dan perubahan dalam masyarakat untuk menjaga kestabilan
sosial karena nantinya mahasiswa akan terjun ke masyarakat sehingga harus peka
terhadap keadaan mereka (social control).
Ya,
memang jika saya lihat ketiga peran utama tersebut agak redup dari mahasiswa
sendiri. Meskipun masih ada beberapa yang melakukannya, hanya sedikit saja yang
mau beraksi untuk berkontribusi, tidak tahu apakah itu akan konsisten atau
tidak. Saya pun merasa demikian, terkadang merasa sendirian dan tidak punya
nyali untuk melakukan perubahan. Perubahan yang saya lakukan adalah perubahan
idealisme yang dulunya sangat ambisius hingga akhirnya berubah seperti situasi normal
pada umumnya: lahir – sekolah – lulus – kerja – berumah tangga – mempunyai anak
– dst tanpa menyisipkan kata sejarah/ perubahan yang berarti besar untuk banyak
orang. Saya yakin sebenarnya banyak orang yang ingin melakukannya: BREAK THE
RULE. Sebenarnya ada salah satu hal yang bisa menimbulkan kesadaran ini yaitu
bahwa semua yang ada di dunia ini tidaklah kekal sehingga tidak perlu khawatir.
Segala tanggungan seperti orang tua, istri, anak, harta, jabatan, dll
seharusnya kita serahkan kepada Tuhan Sang Pelindung alam semesta. Yang
diperlukan adalah keyakinan dan percaya pada diri sendiri dan juga kepada Tuhan
sebagai tempat berlindung memohon pertolongan dan tempat kembali.
Category Campus Life, Motivation, Thought
Powered by Blogger.