Archive for April 2014
MOST ETHICAL BRANDS
0Friday, April 4, 2014 by zidniezou
This story begins with a scope of
ice cream, called Chunky Monkey. Memang terdengar
aneh, namun es krim ini 100% tidak mengandung MONKEY di dalamnya. Mungkin salah
satu strategi marketing untuk menarik pembeli agar mencobanya dan ternyata
memang berhasil karena saya pun membelinya. Walaupun harganya lumayan mahal tapi
emang sesuai dengan rasanya dan juga title
yang mau saya kasih ke Brand ini yaitu The
Most Ethical Brands. Awalnya sih mau saya kasih title sebagai The Most Ethical Company namun ternyata
posisinya brand ini adalah milik perusahaan Unilever (diakuisisi pada April
2000) yang juga memegang merek es krim Walls dan Cornetto. Jadi, mungkin title-nya The Most Ethical Brands aja ya karena Cuma buat Ben&Jerry’s only.
Yap,
sebagai orang yang suka masak, saya selalu mencoba bikin berbagai masakan dari
lauk pauk tradisional, menu western,
kue, jajanan, hingga akhirnya pengin bikin es krim. Karena emang udah
bertalenta memasak jadi saya langsung berhasil membuat es krim rasa durian
aseli. Kemudian setelah stok es krim durian mau habis saya jadi kepikiran buat
bikin yang topping-nya semacam Chunky
Monkey yang isinya pisang, cokelat, kacang walnut, dan ada sedikit rasa lemon. Sekarang
emang agak susah beli es krim ini. Mulai dari tempat dulu beli di Kemchicks
Pacific Place yang kompleksnya “silau” banget karena emang mall paling elite
se-Indonesia (agak kurang PD dating kesini) trus juga karena emang es krim ini
udah jarang banget terutama si Chunky Monkey. Finally saya buka aja website
brand ini di http://www.benjerry.com/.
Sebagai seorang Industrial Engineer tentunya saya selalu tertarik dengan bisnis
proses suatu perusahaan dan website Ben&Jerry’s ini pastinya harus saya
lihat detailnya lebih jauh untuk mengetahui “resep” bagaimana perusahaan es
krim internasional ini bisa membuat es krim yang fantastis haha (Haagen Dazs
dan Baskin Robbins mah lewat…)
Homemade Es Krim Durian + Topping Strawberry
Saya
sangat terkesan sekali dengan How
Ben&Jerry’s run their business. Ketika banyak perusahaan lain dari
berbagai jenis industry hanya mementingkan bagaimana meningkatkan sales dan profit
(red: kapitalis), Ben&Jerry’s selalu mempertimbangkan tentang aspek sosial
dan lingkungan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik seperti misinya
dalam Three-Part Mission Guides for
Decision Making yang meliputi Product
Mission (drives to make fantastic ice cream – for its own sake), Economic
Mission (manage the company for sustainable financial growth), dan Social Mission (use the company in
innovative ways to make the world a better place). Beberapa perusahaan
memang ada yang menyantumkan aspek sosial dalam Misinya. Namun ada perbedaan
yang besar antara perusahaan yang menjalankan bisnisnya sebagai socialist/
philanthropist yang selalu menjunjung tinggi aspek sosial dan lingkungan dalam
proses bisnisnya dengan perusahaan kapitalis yang biasanya menyantumkan CSR (Corporate Social Responsibilities)
diluar proses bisnisnya hanya untuk menjaga nama baik. Tahu kan maksud saya?
Oke, lihat saja beberapa contohnya brand Ben&Jerry’s melakukan aksi
filantropisnya.
Pertama, Ben&Jerry’s berkomitmen
untuk melakukan Fairtrade (Perdagangan yang Adil), yaitu sebuah pergerakan
global untuk memastikan bahwa petani kecil di negara berkembang bisa bersaing
dan berkembang dalam ekonomi global. Istilah gampangnya adalah memberikan harga
yang adil (fair price) pada petani
dengan tidak bersikap kapitalis yaitu menawar harga yang tidak sesuai dengan
harga pasar agar bisa menghemat biaya produksi. Dalam pelaksanaan fairtrade ini
ada lembaga Fairtrade International
yang memberikan Fairtrade Certified
Ingredients pada petani dengan umpan balik dari petani berupa penggunaan
bahan pertanian yang ramah lingkungan, implementasi standar kerja, dan
investasi hasil untuk kesejahteraan komunitas petani. Fairtrade Cocoa atau bubuk cokelat di Ben&Jerry’s berasal dari
Pantai Gading dan Ghana; Fairtrade
Vanilla dari Uganda; Fairtrade Coffee
dari Mexico; Fairtrade Sugar dari
Belize; dan Fairtrade Banana dari
Ekuador yang merupakan bahan utama pembuat Chunky Monkey. Perlu anda tahu bahwa
dengan adanya fairtrade di Belize
dengan hampir 85% populasinya berada di daerah tertinggal memberikan investasi
hasil fairtrade pada soil and water improvement, dan beberapa
proyek kesejahteraan lain. Jadi bisa dibayangkan kenapa es krim Ben&Jerry’s
bisa mahal karena biaya produksi untuk pembelian bahan saja sudah bisa dibilang
cukup tinggi sebab menggunakan fairtrade
dan juga tempat sourcing di luar
negara tempat pabriknya berasal. Perusahaan manufaktur kebanyakan berlomba-lomba
untuk mendapatkan efisiensi harga bahan produksi demi meningkatkan profit. Pada
2014 ini Ben&Jerry’s berkomitmen untuk menggunakan Fairtrade Certified Ingredients untuk semua bahan produksinya
karena untuk bahan Yoghurt belum diimplementasikan (per tanggal ini ya, siapa
tahu besok udah fairtrade hehe). Udah etis banget kan dari informasi tentang fairtrade-nya saja? Ayo kita lihat
berikutnya.
Kedua, Ben&Jerry’s menggunakan non-GMO
(Genetically Modified Organism) untuk
produknya. GMO adalah organism yang diubah material genetiknya dengan
menggunakan rekayasa genetic untuk tujuan tertentu. Salah satu GMO yang sering
kita temui adalah ayam negeri. Ayam ini memungkinkan para peternak untuk siap
potong dalam waktu 40 hari dengan cara memodifikasi gennya menggunakan hormon
suntikan dan juga makanan ayam pedaging. Kalau saya pikir-pikir memang sangat
kejam ya (padahal saya juga terkadang mengkonsumsinya hoho). Seharusnya kita
memperlakukan hewan sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Apakah
anda mau mempunyai tubuh layaknya orang dewasa dalam umur 4 tahun? Kalau dalam
ilmu biologi ada namanya “WANITA SUPER” yang mempunyai triple X gen dengan sebutan turner
syndrome dan pastinya kita sangat kasihan dengan wanita itu dengan
pertumbuhan yang tidak lazim. Ada beberapa badan/ komunitas yang sangat tidak
menyetujui hal ini. Namun sebenarnya GMO itu tidak selalu buruk misalnya dalam
penelitian untuk menciptakan varietas padi yang tahan hama, cepat panen, bulir
berlimpah jadi memang harus melihat dari sudut pandangnya. GMO memang umumnya
berhubungan dengan makanan dan juga meningkatkan penelitian ilmiah untuk
menciptakan organism yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan jaman. Bisa
dibilang GMO itu memang tidak manusiawi hoho. Sekarang ini memang sulit mencari
non-GMO products yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan industri seperti di Ben&Jerry ini. Namun Ben&Jerry’s
berkomitmen untuk tidak menggunakan GMO dalam komposisi es krimnya. Salut
banget lah, selain sulit juga pastinya ini mahal coy…
Ketiga, Ben&Jerry’s hanya menggunakan
telur dari ayam yang cage-free eggs atau ayam yang tidak
dikandang. Telur yang digunakan berasal dari peternak yang mendapat Certified Humane Cage-Free Farm. Selain cage-free, ayam-ayam ini juga mendapat
jaminan makanan bernutrisi dan juga halaman yang luas. GILAK BANGET, sekarang ini
tentunya telur ayam yang cage-free eggs
itu jarang dan hanya bisa didapat dari ayam peliharaan sendiri di belakang
rumah, itupun sayang kalau dimasak/ tidak ditetaskan. Apalagi di
Ben&Jerry’s menggunakan non-GMO jadi telurnya pasti dari ayam betina yang
dibuahi jantannya. Saya yang baca aja bingung: How Could It Possible for International Company like Ben&Jerry’s to
do that? Panteslah sekarang Ben&Jerry’s udah susah dicari bahkan di
Kota segede Jakarta mungkin lagi bukan musim kawin ayam haha (Ayam ga ada musim
kawin coy…). Ini supplier telur ayamnya pasti eksklusif buat Ben&Jerry’s
deh (pastinya dengan fairtrade harusnya).
Keempat, Ben&Jerry’s menyuplai
browniesnya dari New York’s Greyston
Bakery sejak 1982. Beberapa es krim Ben&Jerry’s memang berbahan
brownies seperti Cheesecake Brownie, Chocolate Fudge Brownie, Half Baked, dll.
New York’s Greyston Bakery merupakan pabrik pembuat brownies lezat yang
mempunyai misi untuk memberikan pelatihan dan pekerjaan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah. Pabrik brownies ini juga mendirikan Greyston Foundation
yang memberikan layanan sosial seperti child
care, housing, health-care, job training, computer learning center, dll. Jadi,
the way Ben&Jerry’s looking for their
supplier is also great.
Baru keempat poin diatas saja membuat
saya terheran-heran dan tidak perlu meragukan poin lainnya yang pasti juga akan
membuat saya terheran-heran. Ben&Jerry’s memanfaatkan limbah peternakan
menjadi energi biomassa. Pabrik pengolahan es krimnya menggunakan teknologi
yang mampu mengurangi dampak lingkungan. Prinsip operasional Ben&Jerry’s
adalah WE HAVE OURS dengan memiliki pabriknya sendiri, alat
transportasi sendiri, dan freezer sendiri
dalam proses operasinya sehingga bisa mengontrolnya dengan teknologi yang
dimiliki untuk mengurangi polusi, menciptakan lapangan kerja, dan menjaga
kualitas produk agar tidak meleleh. Ben&Jerry’s memiliki freezer distribusi yang cleaner and greener menggunakan Hydrocarbon (HC) Freezer yang
direkomendasikan oleh U.S. Environmental
Protection Agency (EPA). A cool
solution to reducing the climate impacts of refrigeration with same
freezability but friendlier. Kemasan wadah dari kertas yang digunakan Ben&Jerry’s
mendapatkan sertifikasi dari Forest
Stewardship Council (FSC). Finally, Ben and Jerry’s dinyatakan sebagai B Corp (Benefit Corporation), a corporate
that consider society and environment in addition to profit in their decision
making process. Inilah mengapa saya menyebut Ben and Jerry’s sebagai The Most Ethical Brand atau lebih
detailnya sebagai The Most Ethical Food
And Beverage Brand.
Jadi, tahu kan bedanya perusahaan yang
menjalankan aspek sosial dan lingkungan DI DALAM proses bisnisnya (socialist/ philanthropist) dan
perusahaan yang menyantumkan CSR tetapi DI LUAR proses bisnisnya hanya untuk
kepentingan nama baik? Saya yakin sebenarnya ada beberapa perusahaan lain yang
sangat philanthropist seperti
Ben&Jerry’s misalnya Google (lihat artikel saya tentang Google disini).
Hanya saja saya belum “kecelakaan” atau tidak sengaja membuka websitenya lebih
jauh. Pesan saya adalah, mari kita sedikit-sedikit menghilangkan sifat
kapitalis dalam diri kita yang selalu meminta imbalan atau mementingkan uang
diatas segalanya (dikit dikit uang, dikit dikit uang). Saya percaya tentang ilmu
GIVING and RECEIVING. Balance your hearth and brain. So, let’s make Chunky
Monkey!
Category Food and Cooking, Lectures, Motivation, Thought
THE SECRET OF INSPIRING COMPANY
0by zidniezou
Lagi
lagi penulisan artikel ini berawal dari ketertarikan saya tentang Brand Management yang diawali dengan
mempelajari tentang Brand Value dari berbagai global companies. Ada beberapa lembaga survey yang biasa memberikan
ranking pada berbagai perusahaan di dunia dengan berbagai jenis industry
kemudian merangkumnya dalam versi Top 100 atau Top 50 pada umumnya. Ada juga
lembaga survey yang memeringkatkannya per kategori industry saja misalnya dari
perusahaan kosmetik atau perusahaan otomotif saja. Yang paling menarik dari
mempelajari laporan Brand Value ini
adalah adanya pembahasan mengenai prediksi perkembangan setiap jenis perusahaan
ke depannya sehingga bisa memberikan gambaran trend industri nantinya.
Kali
ini saya ingin menulis artikel tentang The
Most Inspiring Company versi saya yang berisi mengenai rahasia mengapa
perusahaan ini bisa sangat sukses dan inovatif. Sebuah perusahaan yang bisa
dibilang mempunyai nilai-nilai yang hampir sama dengan nilai-nilai/ idealisme
hidup saya dan juga karena kesuksesannya dalam membangun perusahaannya. Bisa
dibilang ini perusahaan yang GUE BANGET, tapi bukan sekedar karena ini
perusahaan yang besar, terkenal, dan sukses. Everybody wants to work here. Bukan itu masalah utama saya
mengagumi perusahaan ini karena the way this
company builds and runs the business is just really inspiring me dan memacu
saya terutama dalam berpegang teguh terhadap sebuah idealisme yang kita pegang.
Kira-kira apakah anda tahu apa nama perusahaan ini? Try to guess it ya!
Awal
saya sangat tertarik dengan perusahaan ini adalah karena dalam beberapa versi
dari banyak lembaga survey, baik itu dalam hal Brand Value, Inovasi, Leadership,
dll hampir perusahaan ini menempati 3 besar bahkan mostly peringkat 1. Saya sebagai orang yang sosialis sebenarnya
kurang cocok dengan berbagai perusahaan yang sebagian besar mementingkan profit
dan penjualan diatas segalanya alias Kapitalis. Mereka menciptakan kemasan
perusahaan yang apik sehingga terlihat sangat sosialis dan professional padahal
ujung-ujungnya adalah menciptakan duit. Menurut saya program CSR (Corporate Social Responsibility) yang
ada di perusahaan sekarang hanyalah usaha untuk mendapat nama baik saja.
Berbeda dengan perusahaan yang memang benar-benar menjalankan bisnisnya secara
filantropis/ sosialis yang mendukung kepentingan sosial, lingkungan, dan
sustainability di dalam semua proses bisnisnya. Ya memang ini semua karena
beberapa perusahaan mempunyai stakeholders
yang selalu menuntut duit.
Yap,
akhirnya saya perlu menyebutkan perusahaan yang sangat menginspirasi saya yaitu
GOOGLE. Awalnya saya hanya ingin belajar mengenai rahasia suksesnya dengan
membeli beberapa buku. Saya ingin mengetahui bagaimana brand management dari Google yang bisa mempunyai brand value yang sangat tinggi. Acuan
utama penulisan artikel ini adalah dari buku INSIDE LARRY AND SERGEY’S BRAIN yang saya beli online di Gramedia.
Jadi mungkin ada sejumlah fakta atau angka yang berbeda dengan sumber lain.
Yang pasti, hal terpenting adalah perusahaan ini memberikan wawasan, motivasi,
dan yang utama adalah inspirasi. Dan, yang lebih penting lagi adalah semoga
anda terinspirasi dari artikel saya ini hehe
Larry
Page dan Sergey Brin adalah Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komputer di Stanford
University. Sebelumnya, Larry adalah seorang Sarjana Teknik dan juga sempat
mengambil beberapa kelas bisnis dalam program sarjananya. Sergey memperoleh gelar
sarjana ganda untuk Matematika dan Ilmu Komputer. Larry adalah Product Division Head di Google,
sedangkan Sergey adalah Technology
Division Head di Google. Larry adalah ahli strategi utama Google dengan
ketajaman bisnis dan gerakan praktisnya, sedangkan Sergey adalah ahli teknologi
dan idealis utama Google dengan gagasan brilian dan tingkat moral yang kuat. Mereka
berkolaborasi dengan baik seperti dua belahan otak yang saling melengkapi. Secara
tidak langsung, inilah resep pertama kesuksesan Google yaitu mempunyai partner
yang saling percaya dan melengkapi. Terbentuknya Google terinspirasi dari
proyek tugas kuliah mereka untuk pencarian makalah riset. Larry sebagai orang
yang mempunyai business insight yang baik menemukan peluang besar dari proyek
tugas kuliah mereka. Keduanya kemudian menyusun model bisnis untuk era internet
yang fokus pada pemasangan iklan kecil dengan harga murah sehingga
menguntungkan korporasi kecil dan individual daripada elite bisnis. Larry dan
Sergey adalah seorang yang idealis, mereka percaya bahwa internet bisa membuat
dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Awal
ide pemasangan iklan yang digagas oleh Larry dan Sergey ternyata belum memenuhi
kebutuhan konsumen individual dan korporasi kecil karena pada waktu itu bisnis
masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar dimana perusahaan kecil dan
menengah masih minim. Proyek pilot Google selanjutnya berupa teknologi baru
yang dapat menemukan dokumen yang tepat (search
engine) di perpustakaan internet. Awalnya Larry dan Sergey tidak berniat
mengkomersilkannya. Dari sinilah sosok orang yang sosialis dan filantropisnya terlihat
(ini salah satu hal utama kenapa Google sangat menginspirasi saya karena
dinahkodai oleh dua orang yang sosialis/ filantropis, mereka bukan kapitalis
yang seringkali mengejar duit). Larry kemudian menambah gagasan mengenai search
engine-nya itu berupa penambahan tautan antar situs dan tautan terpopuler.
Craig Silverstein merupakan orang ketiga dibalik Google. Dia adalah karyawan
pertama Larry dan Sergey yang juga merupakan teman kuliah di jurusan yang sama.
Pada awalnya mesin pencari ini hanya bisa menganalisis 30-50 halaman/detik
hingga sekarang bisa jutaan halaman/detik. Pendekatan Google dalam konsep mesin
pencari ini adalah mengubah seluruh web menjadi suatu persamaan besar dengan
beberapa juta variable (pengembangan matematika untuk pemecahan masalah).
Pada
saat itu sekitar pertengahan tahun 1998, Yahoo! merupakan salah satu situs
internet pertama yang menguasai WWW dengan nilai saham US$100/ share hingga
mencapai nilai US$230/ share pada akhir 1999. Namun pada pertengahan 2000,
nilai sahamnya turun menjadi US$5/ share karena isu Y2K (Year to Kilo) yaitu perubahan tanggal dari 31 Desember 1999
(991231) menjadi 1 Januari 2000 (000101). Pada waktu itu, banyak orang/
perusahaan yang memperbaharui perangkat computer mereka karena mereka
menganggap bahwa 000101 berarti per tanggal 1 Januari 1900 yang bisa
menyebabkan kerusakan komputer. Kejadian ini menyebabkan saham perusahaan komputer
melambung tinggi padahal ternyata tidak ada dampak pada perangkat komputer
sehingga harga saham perusahaan komputer menjadi anjlok lagi pada pertengahan
2000 padahal baru saja melambung pada awal 2000.
Ini
adalah cerita awal sebuah kegagalan kecil yang menciptakan kesuksesan yang
hebat. Larry dan Sergey awalnya mau menjual teknologi mesin pencari ini kepada
mesin pencari lain. Namun, sayang sekali tidak ada perusahaan yang mau
membelinya karena alasan utama yaitu harga jual US$ 1 Juta yang terlalu mahal
untuk sebuah produk yang masi berupa konsep. Kalau saja pada waktu itu ada
perusahaan yang mau membelinya, sekarang ini pasti tidak ada yang namanya
Google. Inilah sebuah kegagalan kecil yang menciptakan kesuksesan yang hebat
yang saya maksud. Akhirnya, Google resmi didirikan pada 7 September 1998 di
sebuah ruang garasi dengan Larry Page sebagai 1st CEO Google. Ya, ini juga salah satu yang mengispirasi saya yang experience in failure bahwa kegagalan itu bukan suatu keterpurukan, namun jika kita bisa mengantisipasinya dengan baik maka kegagalan bisa menjadi kekuatan.
Kandidat
nama mesin pencari yang diciptakan oleh Larry dan Sergey pada awalnya adalah What Box. Namun nama ini terdengar
hampir sama dengan Wet Box yang
merupakan situs porno sehingga tereliminasi. Kemudian ada yang menyarankan
tentang lambang angka terbesar (Kasner) yaitu 10100 atau Googol.
Dari sinilah nama Google tercipta. Kawasan kompleks kantor Google pun diberi
nama Googleplex yang berasal dari kata Googolplex
atau 10 kali dari Googol. Selanjutnya,
setelah Larry dan Sergey gagal menjual mesin pencarinya, mereka mulai
merencanakan untuk mendirikan perusahaan teknologi sendiri. Investor awal pada
kala itu adalah Andy Bechtolsheim, David Cheriton (Profesor Stanford), Stanford
University (yang memegang hak paten PageRank hasil karya Larry), Ron Conway, dan
Ram Shiram (Amazon). Nilai awal perusahaan Google pada saat berdiri adalah US$
125 Juta dimana setiap US$ 12,5 Juta mendapat pengembalian 9%. Larry dan Sergey
merupakan pemegang saham mayoritas dalam perusahaan ini walaupun mereka tidak
secara langsung mengeluarkan uang ratusan juta dollar. Dari situ mereka mulai
berpindah-pindah kantor hingga ke Googleplex sampai sekarang. Dari sini saya
bisa sedikit menyimpulkan kenapa Google
is as big as now karena nilai awal perusahaan ini memang sudah sangat besar
pada awal berdirinya. Bisa dibilang ini resep kedua dari kesuksesan Google.
Berbicara
mengenai Google tentunya tidak akan habis dalam satu posting artikel ini saja. Halaman
yang saya tulis sampai baris ini hanya segelintir hal mengenai kehebatan
Google. Baik, rahasia ketiga Google adalah melakukan People Innovation dengan menciptakan tema kantor Google yang
sebagian bernuansa kampus dan sebagian bernuansa taman bermain. Google menciptakan
fasilitas kantor yang gak ada duanya dengan perusahaan lain. Fasilitas ini adalah
sebuah hadiah dari Google untuk karyawannya agar mempunyai semangat kerja yang
diharapkan bisa menciptakan inovasi dan sesuatu yang bernilai. Yap, Google
menciptakan atmosfer tempat kerja yang ramah dan bersemangat untuk meredam
tuntutan pekerjaan. Google selalu menyediakan makan gratis untuk karyawannya
selama di kantor. Hal ini untuk menciptakan produktivitas karena urusan perut
merupakan salah satu penyebab utama karyawan kurang produktif. Daripada membeli
makan siang di luar kantor yang membuang waktu, lebih baik menggunakan waktu
itu untuk berfikir tentang inoovasi atau sesuatu yang bernilai. Ide People Innovation ini diilhami dari
Larry karena pengalaman tidak mengenakan yang dialami Kakeknya ketika bekerja
di salah satu pabrik mobil di Flint, Michigan.
Kantor Google Jakarta (Sentral Senayan II)
Salah
satu kegagalan terbesar Google yang menciptakan kesuksesan yang lebih besar
adalah ketika melakukan IPO (Initial
Public Offering) atau Go Public
dengan mendaftarkan perusahaannya di lantai bursa pasar modal pada Agustus 2004,
lima tahun setelah berdiri. Namun, ternyata harga saham awal yang ditawarkan
US$ 108 – 105/ share membuatnya jatuh ke US$ 85/ share. Kesalahan utama Google
bisa dilihat pada penetapan harga seperti pada saat pertama kali Larry dan
Sergey menawarkan ke perusahaan mesin pencari sebesar US$ 1 Juta, sama seperti
IPO yang mencatok harga terlalu tinggi untuk perusahaan yang baru berdiri
selama 5 tahun. Para calon investor seolah-olah menghindar karena saham ini
membawa virus Anthraks. Namun, dampak penurunan harga saham diawal ini membuat
nama Google menjadi banyak dibicarakan sehingga menjadi sebuah media marketing
yang ampuh. Nama Google justru semakin bagus sehingga melambungkan pangsa
pasarnya karena orang menjadi penasaran dengan Google. Ya, inilah yang saya
sebut sebagai satu kegagalan terbesar Google yang menciptakan kesuksesan yang
lebih besar. Apakah ini resep keempat Google bisa sukses? Yakni menciptakan
kontroversi harga saham saat IPO? Hmmmmm….
Semakin
tinggi suatu pohon, semakin banyak pula angin badai yang menerjang. Begitu pula
dengan Google. Jangan sangka bahwa perusahaan ini adem ayem tanpa masalah. Isu yang
paling panas tentang Google adalah adanya diskriminasi antara pegawai bagian teknis
dan non-teknis. Pegawai bagian non-teknis seakan dianaktirikan dengan pegawai bidang
teknis dalam hal fasilitas. Pegawai teknis memiliki fasilitas yang lebih bagus
dari pegawai non-teknis misalnya dari lokasi tempat kerja dan penyediaan makanan.
Atasan Google berpikir bahwa pegawai bagian teknis mempunyai pekerjaan yang
lebih berat dan stressful sehingga mereka butuh suasana kerja yang lebih. Selain
itu, pegawai teknis lebih banyak lembur sehingga penyediaan makanannya bisa
hingga malam. Selain itu, ada isu pemotongan tunjangan pegawai karena fasilitas
mewah di kantor.
Mungkin
saya hanya akan membahas mengenai 5 rahasia sukses Google disini (walaupun
pastinya ada banyak). Sebagai resep terakhir rahasia sukses Google adalah cara
menjalankan bisnisnya yang sosialis filantropis, seperti kedua pendirinya Larry
dan Sergey. Larry dan Sergey menjadikan Google sebagai pusat kegiatan
filantropi pada usia muda, mereka telah berpikir jauh tentang isu moral terkait
teknologi dan bisnis. Google.org merupakan wadah amal Google yang didirikan
pada Oktober 2005, sekitar 6 tahun setelah Google berdiri. Informasi seputar Google.org
bisa dilihat di website http://www.google.com/giving/.
Berbeda dengan Microsoft yang didirikan pada tahun 1975, Bill Gates memulai
kegiatan amalnya pada tahun 1997 ketika mengunjungi India. Sekitar 25 tahun
setelah Microsoft berdiri, Bill and Melinda Gates Foundation dibentuk. Bill Gates
berusaha menjadi pengusaha yang berhasil terlebih dahulu kemudian baru menjdi
seorang filantropis pada usianya yang beranjak tua. Berbeda dengan Larry dan
Sergey yang mendirikan Google.org pada saat perusahaan mereka baru mulai berkembang
pada tahun 2005. Mereka percaya bahwa dengan memberi maka mereka tidak akan
kehilangan tetapi justru akan menerima lebih banyak. Beberapa aksi moral kecil yang
dilakukan Google misalnya menolak menerima iklan rokok dan minuman beralkohol.
Google
bermimpi untuk mengumpulkan karya yang sudah tidak diterbitkan lagi dalam
bentuk digital dengan memindai dan mendigitalisasi setiap buku di dunia
sehingga mendukung penelitian-penelitian di berbagai bidang. Selain itu, Google
berambisi untuk memasuki bidang perangkat lunak komputer perusahaan yang bisa
digunakan secara online. Misi utama Google adalah mengambil alih seluruh industry
komputer. Google tidak mencoba berkompetisi secara langsung dengan Microsoft
maupun Apple sebagai competitor utamanya. Yang paling penting bagi Google dalam
bisnisnya adalah selalu berinovasi dan menciptakan sesuatu yang bernilai sesuai
dengan permintaan pasar.
“INTERNET
ADALAH SEBUAH GEMPA BUMI DAN GOOGLE ADALAH TUKANG REPARASI YANG MENCOBA
MENYATUKAN DUA BAGIAN YANG TERBELAH.”
Category Lectures, Motivation, Thought
Powered by Blogger.