HAJI YANG MABRUR
0Friday, May 10, 2019 by zidniezou
Abdullah bin Al-Mubarak
adalah seorang ahli Hadis terkemuka dan seorang pertapa yang masyhur yang
sangat cakap dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan termasuk gramatika dan
kesustraan. Ia juga seorang saudagar hartawan yang banyak memberi derma kepada
orang-orang miskin. Pada saat Abdullah bin Mubarak tinggal di kota Mekah,
setelah selesai menyempurnakan ibadah haji, ia tertidur. Di dalam tidurnya itu
ia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit. “Berapa orang yang datang
pada tahun ini?” Tanya satu malaikat kepada yang lain. “Enam ratus ribu orang.”
Jawab yang lain. Lalu malaikat yang pertama bertanya, “Berapa banyak yang
ibadah hajinya diterima?” Kemudian dijawad, “Tak satu pun.”
Setelah mendengarnya,
tubuh Abdullah bin Mubarak gemetar, kemudian dia berseru, “Apa? Mereka datang
dari pelosok yang jauh dan dari lembah yang dalam, dengan susah payah melintasi
padang pasir nan luas, tetapi semua itu sia-sia?” Kemudian salah satu malaikat
itu menjawab, “Ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang bernama Ali bin
Muwaffaq. Ia tidak datang kemari tetapi ibadah hajinya diterima dan segala
dosanya diampuni Allah SWT.”
Abdullah bin Mubarak
lalu terbangun dan berkata, “Aku harus pergi ke Damaskus untuk menemui orang
itu.” Sesampainya disana, Abdullah bin Mubarak segera menyerukan nama Ali bin
Muwaffaq dan seseorang menyahut, “Aku Ali bin Muwaffaq.” Abdullah bin Mubarak
kemudian bertanya, “Apa pekerjaaanmu?” dan Ali bin Muwaffaq menjawab,
“Membetulkan sepatu.” Kemudian Abdullah bin Mubarak menceritakan perihal mimpi
kepadanya. “Siapa Anda?” Ali bin Muwaffaq bertanya. “Abdullah bin Mubarak”
jawabnya. Ali berseru dan tiba-tiba tak sadarkan diri. Ketika ia siuman,
Abdullah bin Mubarak mendesaknya menceritakan perihal dirinya.
Berikut ini kisahnya,
“Tiga puluh tahun lamanya aku bercita-cita menunaikan ibadah haji. Dari
pekerjaan membetulkan sepatu, aku berhasil menyisihkan sebanyak tiga ratus lima
puluh dirham. Aku bertekad pergi ke Mekah tahun ini juga. Ketika itu istriku
sedang mengandung dan mencium bau makanan dari rumah sebelah. ‘Mintakanlah
sedikit makanan itu untukku!’ Istriku memohon. Aku pun pergi lalu mengetuk
pintu rumah tetangga dan menerangkan hal yang sebenarnya. Tetapi si tetangga
itu tiba-tiba menangis dan berkata, ‘Tiga hari lamanya anak-anakku tidak makan.
Tadi siang aku melihat seekor keledai yang tergeletak mati, aku pun menyayat
sekerat daging lalu memasaknya. Makanan ini tidak halal untukmu.’ Aku snagat
sedih mendengarnya. Maka aku pun mengambil tabunganku yang berjumlah tiga ratus
lima puluh dirham dan menyerahkan semuanya kepadanya. ‘Gunakanlah uang ini
untuk anak-anakmu,’ Ujarku, ‘inilah ibadah hajiku.
“Malaikat-malaikat di
dalam mimpiku itu telah berbicara yang sebenarnya,” kata Abdullah bin Mubarak,
“Sang Penguasa Kerajaan Surga benar-benar adil di dalam penghakimannya.”
“Hal yang diberikan
kepada jiwa seorang muslim lebih disukai Allah daripada seribu kali menunaikan
ibadah haji.” Begitu kata Bisy bin Harits yang merupakan tokoh sufi dari
Baghdad yang terkenal dengan sebutan Si Fakir Tanpa Alas Kaki yang terkenal
dengan nasihat tersebut.
Kisah ini dikutip dari buku Tadzkiratul Auliya
Category Motivation, Renungan, Untuk Seseorang
Powered by Blogger.