RSS Feed

Archive for 2013

PENDIDIKAN KARAKTER DAN POLA PIKIR

0

Thursday, November 21, 2013 by

Perubahan kurikulum di Indonesia yang selalu terjadi hampir tiap tahunnya ini membuktikan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memang belum beres. Kurikulum paling awal yang saya ketahui adalah kurikulum tahun 1994 karena saya jalani ketika masuk SD. Pada pertengahan SMP, kurikulum pendidikan diubah dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Perubahan paling mencolok dari kurikulum ini adalah urutan kelas yang berlanjut yaitu SD kelas 1-6, SMP kelas 7-9, dan SMA kelas 10-12. Nah, pertengahan SMA pun juga saya mengalami perubahan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Guru saya menjelaskan bahwa pada kurikulum 2006 ini adalah Kurikulum Terserah Sekolah Panjenengan (Kurikulum Terserah Sekolah Anda) jadi tiap sekolah mempunyai hak untuk merancang sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi sekolah nya tanpa melupakan kiblat utama kurikulum ini. Tiap perubahan kurikulum pasti merubah sistem pendidikannya walaupun sebenarnya saya tidak merasakan perubahan sistem pendidikan yang mencolok.
Saya tidak akan menghakimi para pembuat peraturan dan kurikulum pendidikan di Indonesia yang bisa dibilang masih belum pas karena saya yakin itu pekerjaan yang sulit. Harusnya kita mengapresiasi mereka karena perubahan kurikulum itu justru memperlihatkan kerja nyata mereka untuk pendidikan di Indonesia yang lebih baik. Jujur, saya baru sadar ternyata pendidikan di sekolah itu mempunyai arti yang sangat besar bagi orang yang menyadarinya setelah saya mendapatkannya. Saya bukan ahli sistem pendidikan, saya hanya ingin mengungkapkan keprihatinan saya tentang pendidikan di Indonesia ini. Menyebutkan solusi permasalahan dari masalah utama pendidikan di Indonesia pun juga saya bukanlah expert. Saya hanya ingin menyampaikan akar permasalahan pendidikan di Indonesia dari sudut pandang saya. Masalah absolut dari pendidikan di Indonesia adalah pemerataan pendidikan. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau dengan demografi masyarakat dan keadaan infrastruktur serta ekonomi yang tidak merata menjadi hal penyebabnya. Solusi yang paling mungkin adalah pemerataan infrastruktur dan ekonomi terlebih dahulu. Seperti kita tahu, pembangunan infrastruktur dan ekonomi di Indonesia terfokus pada pulau Jawa, meskipun begitu di pulau Jawa sendiri pendidikannya belum merata karena masih ada beberapa daerah tertinggal secara geografis maupun ekonomi. Jadi bayangkan saja bagaimana keadaan di luar pulau Jawa. Saya berharap bahwa MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) berubah menjadi SP3EI (Sistem Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) bukan lagi sekedar rencana apalagi wacana.

Baiklah (kembali ke laptop), membahas masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang apa tujuan utama dari pendidikan. Jika mereka tidak mengetahui tujuan utamanya, bagaimana bisa mereka melewati jalan/ arah yang benar? Mereka hanya beranggapan bahwa pendidikan di sekolah adalah tempat untuk mencari ilmu yang digunakan sebagai bekal dalam melanjutkan hidup yang menentukan nasib seseorang. Jadi, sebenarnya perlu diberitahukan secara luas kepada semua masyarakat maupun semua elemen pendidikan tentang tujuan pendidikan nasional pendidikan. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Ya, itulah tujuan pendidikan nasional di Indonesia dimana pembentukan watak/ karakter merupakan tujuan utama. Pembentukan karakter yang disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional diatas baru akan membuka tujuan lain yaitu mencerdaskan, mengembangkan potensi anak didiknya, dll. Pendidikan memang mengajarkan ilmu, ilmu hanya salah satu hal yang mendorong kita untuk berpikir, bukan menjadi pintar (selain ilmu, pengalaman hidup juga mendorong kita untuk berfikir). Ada perbedaan yang besar antara orang yang pintar dan orang yang bisa berfikir. Cara/ pola berpikir akan menentukan sikap, sikap akan menentukan tindakan, tindakan akan menentukan kebiasaan, kebiasaan akan menentukan karakter dan karakter akan menentukan kinerja yang akhirnya akan menentukan nasib. Jadi, pembentukan pola berfikir inilah yang menjadi kunci utama suksesnya pendidikan di Indonesia yang akan masuk ke proses selanjutnya membentuk karakter (pola pikir - sikap - tindakan - kebiasaan - karakter). Sekali lagi, ada perbedaan antara orang pintar dengan orang yang bisa berfikir. Itulah mengapa ada perbedaan antara orang pintar dan orang cerdas. Orang pintar itu punya ilmu, tapi orang cerdas punya otak untuk berfikir. 
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Programmme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2012 lalu mengeluarkan survei bahwa Indonesia menduduki peringkat paling bawah dari 65 negara dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca dan sains. Survei PISA-OECD ini dilakukan secara kualitatif pada tahun 2012 lalu yang baru dirilis awal pekan Desember 2013. Survei ini melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia serta 80 persen ekonomi global.
Kita bisa lihat bahwa para remaja tersebut yang sedang menginjak masa peralihan menuju usia kedewasaan, seharusnya sudah mempunyai karakter yang bagus. Mereka bukanlah tidak pintar, but they have no good character. Coba bayangkan, sekitar 10 tahun sudah mereka menuntut ilmu dari SD pasti pengalaman menuntut ilmu mereka sudah cukup lama namun ternyata kemampuan mereka masih buruk. Makanya, ilmu tidak akan berguna tanpa karakter. Pendidikan itu untuk membentuk pola pikir yang bisa membentuk karakter, bukan hanya untuk nyari pengetahuan saja karena pengetahuan bisa didapat dimana saja. Pendidikan itu bukan buat cari gelar buat modal nyari kerjaan. Inilah kelemahan utama sistem pendidikan di Indonesia yang lebih fokus untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa mengembangkan kemampuan dan membentuk watak/ karakter. Padahal tujuan utama pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak/ karakter, sehingga dengan tujuan utama yang tercapai terlebih dahulu baru akan membuka jalan bagi tujuan selanjutnya. Ilmu itu sebenarnya adalah sebuah konsep yang harus dipahami, bukan rangkaian kalimat yang harus dihafalkan/ diingat. Pemahaman konsep bisa dilakukan dengan pembelajaran studi kasus, praktikum, atau studi lapangan.
“ILMU ITU BISA LUPA KAPAN SAJA, TETAPI KARAKTER AKAN DIBAWA SAMPAI MATI. TETAPI, ILMU DISERTAI DENGAN KARAKTER YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN KOMBINASI YANG MENAKJUBKAN.”
Yap, pendidikan di sekolah formal itu sebenarnya bisa membentuk karakter dan sistematika berpikir. Kalau ilmu itu bisa didapatkan dimana saja bagi yang mau mencari dan menyadari keberadaan ilmu yang didapat dari pengalaman/ autodidak. Ilmu itu bisa lupa kapan saja kalau tidak dibagikan. Peraturan-peraturan (misalnya jadwal sekolah, seragam, dll) yang diterapkan di sekolah digunakan untuk membatasi tingkah laku muridnya sehingga mereka menyadari kedudukan dirinya sebagai warga negara, hamba tuhan, maupun anggota suku adat tertentu yang tingkah lakunya dibatasi oleh peraturan . Dari peraturan ini bisa dilihat bagaimana seorang murid merespon peraturan itu apakah menjadi murid yang taat atau sering melanggar. Hal ini akan menjadi refleksi bagaimana mereka merespon peraturan hukum negara, peraturan agama, maupun adat istiadat mereka. Jadi, ini memberikan pelajaran tentang bagaimana kita merespon/ bereaksi terhadap apa yang terjadi pada kita. Itulah yang dinamakan dengan karakter. 

Neokolonialisme merupakan salah satu ranjau utama permasalahan pendidikan di Indonesia. Berkembangnya penggunaan internet justru juga menjadi jalan mudah dalam terjadinya Neokolonialisme. Apalagi, pertumbuhan generasi Y yang dominan sebagai generasi produktif di Indonesia yang mengutamakan pleasure-oriented menjadi sasaran empuk Neokolonilisme. Selain Neokolonialisme, sosok inspirasi manusia cerdas dan berkarakter di Indonesia masih sedikit, bahkan jarang diekspos. Kita terlalu sering melihat orang-orang alay dan stress di TV dibandingkan dengan sosok inspirator. Hal ini adalah salah satu hal yang berpengaruh besar terhadap pendidikan karakter di Indonesia. Selain itu, terlalu banyak berita negatif yang disiarkan justru membuat orang-orang berpotensi bagus semakin pesimis dengan kondisi bangsa dan merasa tidak sanggup untuk membuat perubahan yang lebih baik.
 
Sebagai kesimpulan, bagi saya untuk menciptakan sistem pendidikan nasional yang seimbang maka perlu adanya sinergi antara semua pihak yang membentuk sistem pendidikan itu sendiri yaitu individu/ siswa sebagai aktor utama, orangtua, guru, pemerintah, sarana dan prasarana, kondisi negara (ekonomi, sosial, geografis, kesehatan, dll), dan kurikulum itu sendiri. Selain itu, perlu adanya penyisipan pendidikan karakter yang lebih sering dalam proses belajar mengajar di kelas serta sistem pembelajaran yang tidak textbook-oriented atau fokus pada buku, melainkan menambah pembelajaran studi kasus, praktikum, dan studi lapangan yang cukup. Terakhir, peran keluarga sangat berperan penting dalam pendidikan. Sayangnya, kebanyakan keluarga di Indonesia berpikiran bahwa tugas utama dalam pendidikan anak adalah peran sekolah. Para orang tua ini mencari sekolah terbaik untuk anaknya dan memfasilitasi segala keperluan sekolahnya hingga padatnya jadwal kursus akademik maupun non akademik. Para orang tua terkadang hanya meminta hasil laporan belajar, tanpa mendampingi dan memberi arahan anaknya dalam menjalani proses pendidikan. Padahal, peran utama pendidikan seharusnya dilakukan di rumah sebagai lingkungan sosial pertama seorang anak dalam hidup. Pendidikan harus dimulai dengan kasih sayang dan memberi teladan. "Like Father Like Son," itulah kalimat yang saya yakini sebagai modal utama pendidikan. Pokoknya, lingkungan keluarga harus menjadi tempat pendidikan utama, baik dalam memberikan contoh tata krama maupun membantu anak dalam mempelajari materi sekolah.


IDEALISME MAHASISWA

0

by

Suatu hari, saya melakukan perbincangan dengan topik yang cukup menggigit dengan teman sambil melakukan diskusi tugas ergonomi (sekitar awal tahun ketiga kuliah, saya masih polos waktu itu haha). Salah satu teman saya ini memang terbilang unik karena masih bercita-cita menjadi ‘orang nomor satu’ di negeri ini alias jadi Presiden. Di saat teman-teman seangkatan mempunyai cita-cita atau karir di bidang bisnis atau industri, ternyata masih ada juga yang kekeuh menjadi seorang presiden. Cita-cita dia memang terbilang konsisten, kalau gak salah dari SMA sampai postingan ini dibuat, cita-cita teman saya ini tetap jadi Presiden. Berbeda dengan saya yang masih berganti-ganti cita-cita karir nanti. Saya pikir cita-cita menjadi seorang presiden itu cuma cita-cita anak kecil yang masih polos. Bukan bermaksud menghina, namun memang jarang sekarang ini orang yang saya temui mempunyai cita-cita menjadi seorang presiden karena di negara ini hanya ada satu posisi untuk menjadi presiden dengan tingkat perpindahan masa kerja yang cukup lama yaitu 5 tahun. Mungkin karena pergaulan saya yang cukup sempit ya, jadi hanya sedikit tahu seorang mahasiswa yang bercita-cita menjadi presiden. Bahkan menurut saya, para presiden kita dari Ir. Soekarno hingga Pak SBY sepertinya mereka tidak ada yang mempunyai cita-cita menjadi presiden. Hanya saja, posisi mereka sebelum menjadi presiden membuat mereka berkeinginan/ didorong menjadi presiden.

Lalu, saya memulai sebuah pertanyaan yang memberikan jawaban yang panjang sekali. Setidaknya saya jadi sedikit tahu tentang sedikit rahasia politik Indonesia dan Jakarta haha (namanya juga rahasia, gak mungkin saya certain lah). Pertanyaannya simple: “Emang lu udah punya cara-cara mencapai tujuan lu jadi Presiden.” Ya tentu saja dia memberikan sebuah jawaban yang membuat orang seperti saya yang tidak terlalu tahu tentang politik menjadi heran, walaupun tidak menceritakan dengan detail tapi dia sudah tahu cara mewujudkannya walaupun (lagi) saya gak tahu apakah itu bisa terealisasikan nanti atau tidak. Saya juga gak tahu apakah langkah-langkah yang dia sebutkan tadi benar-benar bisa mengarahkan tujuannya  atau hanya bualan saja karena dia emang jago ‘ngemeng’ (wallahu a’lam).

Pertanyaan kedua ini yang mau saya bahas dalam posting kali ini: “Kenapa lu gak ikut-ikutan demo kaya BEM gitu, kan gerakan pemuda kaya pendemo mahasiswa pas waktu peristiwa Mei 1998 setidaknya sebagai langkah konkrit awal, kan selama ini lu cuma ‘ngemeng’ doank gak tahu bener ato gak tentang cara-cara lu mau jadi Presiden yang udah di rancang, setidaknya lu tahu politik dan masalah negara.” Nah jawabannya dia ini yang memberikan saya semacam kesadaran diri tentang idealisme mahasiswa yang banyak sekali diperbincangkan orang. (kata-katanya sih gak sama persis, tapi setidaknya satu ide pokok)
“Para pendemo mahasiswa itu hanyalah sebuah idealisme (kita juga pasti udah tahu) seseorang anak muda yang belum mempunyai beban di pundaknya. Tidak seperti sekarang, pemerintahan dulu berjalan secara otoriter sebelum tahun 1998 sehingga sekolah/ kuliah pun menjadi beban bagi mereka karena takut di DO/ Dropout sehingga (mungkin) bisa mengecewakan orangtua. Sekarang kan kalau tahu-tahu mereka di DO bisa mengajukan perlindungan hukum (tapi bagaimana demonya dulu ya, kalau merusak/ bikin ricuh kan tetap dihukum sesuai Perundang-Undangan. Kalau hanya demo untuk menyampaikan aspirasi boleh-boleh saja). Lanjut, coba saja kita lihat kalau mereka sudah lulus, sudah punya tanggungan/ beban (istri, anak, harta, dll). Masih mau ikut demo? (apapun bentuknya). Mereka pasti main aman. Takut posisinya terancam, takut dipecat, takut diteror, takut dengan segala sesuatu yang mungkin membahayakan keluarga, jabatan, hata, dll. Coba saja lihat para pejuang mahasiswa waktu peristiwa Mei 1998 ada Anas Urbaningrum dkk yang sekarang malah dia (red: Anas) sedang didakwa terkait kasus korupsi. Jadi, saya gak ikutan demo karena pastinya berbeda pandangan dengan pendemo mahasiswa lain. Mereka demo cuma sekarang pas jadi mahasiswa. Kalau mereka sudah bekerja/ karir mereka lalu cari aman atau malah lebih parah daripada orang-orang yang mereka demo. Idealisme yang tidak kekal.”

Wah kalo saya pikir, memang benar juga menurut dia. Ya itulah idealisme. Jawaban ini justru membuat saya yang masih udik ini mempunyai gambaran masa depan. Sebisa mungkin kita harus berpikir visioner (melihat ke depan) apalagi mengenai cita-cita. Tidak hanya meraih cita-cita namun juga membawa misi untu kebaikan orang banyak. Berpikir strategis yaitu merencanakan sesuatu dalam jangka panjang. Kita harus mulai mempunyai idealisme yang bertahan jangka panjang juga. Yang saya punya saat ini mungkin bukan sekedar idealisme, namun sebuah keyakinan. Saya tidak sepenuhnya setuju atau tidak setuju dengan demo mahasiswa. Saya hanya setuju atau tidak setuju dengan hal yang diperjuangkan. Kalau itu bagus menurut analisis pemikiran saya maka saya setuju, begitu juga sebaliknya.

Kita tahu bahwa mahasiswa itu mempunyai tiga peran utama: Agent of Change, Iron Stock, dan Social Control. Sebagai agent of change, mahasiswa adalah intelektual muda yang diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih baik lagi dengan memanfaatkan kekayaan bangsa dan daya pikir yang tajam dan kritis. Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang masih muda yang akan menggantikan suatu kepemimpinan yang habis masanya yang selalu mengisi dari generasi ke generasi sehingga disebut Iron Stock. Mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan selalu tanggap dan sadar apabila terjadi gejolak dan perubahan dalam masyarakat untuk menjaga kestabilan sosial karena nantinya mahasiswa akan terjun ke masyarakat sehingga harus peka terhadap keadaan mereka (social control).

Ya, memang jika saya lihat ketiga peran utama tersebut agak redup dari mahasiswa sendiri. Meskipun masih ada beberapa yang melakukannya, hanya sedikit saja yang mau beraksi untuk berkontribusi, tidak tahu apakah itu akan konsisten atau tidak. Saya pun merasa demikian, terkadang merasa sendirian dan tidak punya nyali untuk melakukan perubahan. Perubahan yang saya lakukan adalah perubahan idealisme yang dulunya sangat ambisius hingga akhirnya berubah seperti situasi normal pada umumnya: lahir – sekolah – lulus – kerja – berumah tangga – mempunyai anak – dst tanpa menyisipkan kata sejarah/ perubahan yang berarti besar untuk banyak orang. Saya yakin sebenarnya banyak orang yang ingin melakukannya: BREAK THE RULE. Sebenarnya ada salah satu hal yang bisa menimbulkan kesadaran ini yaitu bahwa semua yang ada di dunia ini tidaklah kekal sehingga tidak perlu khawatir. Segala tanggungan seperti orang tua, istri, anak, harta, jabatan, dll seharusnya kita serahkan kepada Tuhan Sang Pelindung alam semesta. Yang diperlukan adalah keyakinan dan percaya pada diri sendiri dan juga kepada Tuhan sebagai tempat berlindung memohon pertolongan dan tempat kembali.


SPWI 2013

0

Tuesday, March 5, 2013 by



Seminar Pengembangan Wawasan Industri (SPWI) tahun ini membahas mengenai Logistic Distribution and Supply Chain Management Through MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Ini merupakan SPWI dengan tema yang paling menarik dari sebelumnya karena membahas hal mengenai topic yang Teknik Industri banget mengenai logistic dan juga membahas mengenai topic yang sangat HOT mengenai kondisi perekonomian di Indonesia serta fakta actual mengenai yang mencengangkan.

Jadi, tahukah kamu bahwa 65% ekonomi nasional di Indonesia terfokus berada di Jawa dan 82% dari national goods dipindahkan melalui darat, padahal hampir 70% wilayah teritori di Indonesia adalah perairan. Ya sebagai negara kepulauan yang menyebut negara sebagai Tanah Air, namun ternyata pemanfaatan keduanya tidak seimbang. Selain itu, dari 82% barang yang dipindahkan melalui darat, hampir semua sarana transportasi yang digunakan adalah truk.

Pada tahun 2011, impor di Jawa sebesar dua kali ekspornya (Impor = 2x Ekspor sehingga Impor > Ekspor) sedangkan di pulau yang lain, Ekspornya senilai tiga kali Impor (Ekspor = 3x Impor sehingga Ekspor > Impor). Dari data ini saja terlihat bahwa pulau Jawa merupakan cost center, sedangkan pulau lainnya merupakan profit center. Selain itu, banyak sekali pengangguran terjadi di Jawa dalam arti banyak sarjana nganggur padahal di luar Jawa masih banyak sekali kekurangan tenaga kerja terdidik. Dalam hal ini terjadi snowball effect dalam Urbanisasi yang terpusat di Jawa. Orang di Jawa membayar beras lebih murah daripada di luar Jawa, sedangkan orang di luar Jawa biaya beras hingga dua sampai tiga kali karena adanya perbedaan biaya distribusi di Jawa dan luar Jawa.

Nah, apa sebenarnya penyebab masalah diatas? Pengembangan ekonomi yang tidak merata pada semua daerah merupakan penyebab utamanya, terutama dari segi infrastruktur. Hal ini yang menjadi tidak meratanya pembangunan di semua daerah di Indonesia baik dari segi ekonomi, perdagangan, distribusi, pendidikan, hingga kesehatan. 

Untuk itu diperlukan langkah-langkah yang cerdas dan focus dengan tolak ukur dan pola manajemen yang jelas. Pengembangan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dilakukan dengan pendekatan terobosan dan bukan “Business As Usual). MP3EI dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan, dan berkelanjutan. 

Masterplan ini memiliki dua kunci, yaitu percepatan dan perluasan. Dengan adanya masterplan ini diharapkan Indonesia mampu mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah sector-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energy serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan pembangunan ini diharapkan akan mendongkrak perekonomian Indonesia ke depannya.

Jadi bagaimana dengan Supply Chain Concept dalam MP3EI? Misalnya untuk permasalahan perbedaan antara distribution cost untuk Jawa dan luar Jawa. Harga barang di Jawa yang lebih murah dibandingkan di luar Jawa terjadi karena ketidakseimbangan infrastruktur yang ada. Misalnya dalam proses pendistribusian barang dari Jawa ke Papua ketika container kapal mengirimkan produk ke Papua maka barang yang diangkut dalam keadaan penuh. Namun ketika kembali ke Jawa, container kapal dalam keadaan kosong sehingga tidak efisien penggunaannya padahal ada biaya yang besar bagi kapal untuk sekali jalan (efek berantai). Hal ini yang menyebabkan produk local lebih mahal daripada produk impor karena masalah distribusi yang tidak optimal.


Salah satu langkah untuk mengatasi masalah ini melalui MP3EI adalah dengan pengembangan koridor ekonomi Indonesia dan membangun gateway/ hub internasional di Kuala Tanjung dan Bitung sehingga diharapkan akan tercipta keseimbangan distribusi logistic antara wilayah barat dan timur Indonesia yang akan meratakan distribution cost. Sebagai informasi saja, sekarang gateway internasional di Indonesia adalah Tanjung Perak (Surabaya) dan Tanjung Priok (Jakarta) dari sisi tempat dan jarak saja hal ini tidak seimbang karena sama-sama berada di pulau Jawa. Ibarat rumah, tamu yang masuk langsung membuka pintu kamar tamu, bukan melalui pintu masuk ke ruang tamu.

Sebagai penutup, mari kita ikut serta mensukseskan program MP3EI dari pemerintah ini karena segala sesuatunya perlu integrasi antara seluruh elemen bangsa ini dari pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, hingga konsumen.


What's Industrial Engineering?

4

Monday, March 4, 2013 by


Banyak teman-teman dari SMA yang bertanya kepada saya tentang apa itu Teknik Industri? Bagaimana prospek kerjanya? Apa saja yang dipelajari? Dan masih banyak lainnya. Saya akui bahwa penjelasan mengenai Teknik Industri yang ada di internet terlalu teoritis gitu ya banyak istilah yang kurang begitu jelas dipahami oleh orang awam yang belum tahu benar mengenai istilah engineering, terutama teman-teman yang masih SMA belum jelas mengenai definisi Teknik Industri itu sendiri.

Ilmu ini bisa dibilang cukup baru di Indonesia karena baru ada jurusan Teknik Industri sekitar tahun 70an bahkan di UI sendiri baru ada jurusan TI di akhir 90an setelah sebelumnya jurusan ini masuk ke spesialisasi jurusan Teknik Mesin. Sebenernya saya bisa jamin kalo banyak temen-temen TI sendiri yang bingung buat njelasin definisi TI, goalnya apa, kenapa disebut sebagai Manajemennya anak IPA, apa hubungannya sama ilmu lain, dsb. Saya sendiri juga baru ngeh dengan ilmu ini setelah tingkat 3 karena udah ngerasa ilmu yang didapet udah cukup banyak untuk menjelaskan ilmu Teknik Industri. Nah, saya buat posting ini terutama buat temen-temen dari SMA yang ingin tahu lebih banyak tentang Teknik Industri.

Dari Institute of Industrial Engineering (IIE) disebutkan bahwa Industrial Engineering is concerned with the design, improvement, and installation of integrated systems of people, materials, information, equipment, and energy. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical and social sciences together with the principles and methods of engineering analysis and design to specify, predict, and evaluate the results to be obtained from such systems. (Teknik Industri berfokus pada perancangan, perbaikan, dan pemasangan/ instalasi dari sistem yang terintegrasi meliputi manusia, material/ bahan baku, informasi, peralatan, dan energy). 

Dari pengertian diatas, ingat dulu poin utama dari Teknik Industri yaitu Perancangan, Perbaikan, dan Instalasi serta sistem terintegrasi (manusia, material/ bahan baku, informasi, peralatan, dan energy). Biasanya ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa sistem terintegrasi tersebut adalah 5M (Man, Machine, Material, Money, dan Methods). Selain itu, yang membedakan Teknik Industri dengan ilmu Teknik yang lainnya adalah pengetahuan khusus mengenai social sciences.

Masih bingung bukan mengenai penjelasan diatas? Penjelasan diatas merupakan pengertian umum yang sering kita jumpai jika mencari definisi Teknik Industri melalui internet. Saya mau ngasih penjelasan yang mendasar dan sistematis dulu mengenai definisi Teknik Industri. Kita focus dulu mengenai pengertian industri terlebih dahulu. Industri merupakan kegiatan transformasi sains-teknologi-menjadi produk/jasa yang dilakukan dengan secara masal. Kita bayangkan sebuah industri/ perusahaan dulu deh, misalnya industri otomotif. Jadi, di perusahaan otomotif ini pasti ada banyak banget divisi yang mengendalikannya. Kita bagi dalam 2 bagian besar aja dulu biar gak terlalu ribet yaitu bagian operasional dan bagian manajemen. Bagian operasional misalnya bagian produksi, supply chain, maintenance (pemeliharaan alat produksi), quality control, engineering, dll. Sedangkan bagian manajemen seperti sales, pemasaran, keuangan, dan HRD pada umumnya. Nah,dari sini ada gap/ celah antara bidan manajemen dan operasional yaitu bagian manajemen yang tidak tahu/ kurang mengerti tentang hal apa saja yang dilakukan oleh bidang operasional karena bagian manajemen yang biasanya berasal dari Fakultas Ekonomi tidak mempelajari hal-hal yang bersifat operasional seperti elemen mesin, mekanika teknik, material pabrik, dll. Selain itu yang menjadi masalah lagi adalah bagian operasional yang terkadang juga gak punya keahlian manajemen karena mereka gak belajar marketing, penjualan sales, hingga keuangan perusahaan. Jadi, perlu ada suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai masalah ini, yakni Teknik Industri.


Ya, seperti yang kebanyakan kalian tahu bahwa Teknik Industri merupakan ilmu Manajemennya anak IPA, tapi mungkin kalian gak tahu perbedaan manajemennya ada dimana. Nah dari peragraf sebelumnya, saya sebutkan bahwa perbedaan utamanya yaitu Teknik Industri tidak Cuma belajar manajemen saja (misal marketing, penjualan, keuangan, dan human resources) namun juga mempelajari bagian operasional dalam industri seperti kegiatan produksi (rantai pasok dari pembelian bahan baku/ purchasing, kemudian quality control bahan baku, masuk ke dalam kegiatan produksi dari mesin A hingga akhir, inspeksi, kemudian quality control barang jadi, hingga proses distribusi brang ke konsumen), nah sebelumnya juga kita belajar ilmu forecasting demand (peramalan jumlah permintaan produk dari konsumen) sehingga jumlah barang yang diproduksi dalam keadaan optimal (tidak terlalu sedikit, dan tidak terlalu banyak). Kita juga biasanya sangat terlibat dengan bagian perancangan produk dari membuat desain produk, sample produk, material penyusun produk, teknologi/ mesin untuk membuat, cara pembuatan, menyeimbangkan kapasitas produksi dengan target penjualan dan marketing, hingga estimasi biayanya.

Pokoknya,Teknik Industri itu belajar how to be an Enterpreneur banget deh. Seperti yang saya sebutkan mengenai kunci utama ilmu Teknik Industri: Perancangan, Instalasi, dan Perbaikan. Mulai dari merancang produk berdasarkan market research/ technology push, bagaimana merancang proses produksi produk tersebut, bagaimana merancang tata letak pabrik untuk produk tersebut, hingga instalasi dari mengawasi proses berjalannya pembangunan pabrik, mengatur jumlah tenaga kerja yang optimal di pabrik, merancang struktur organisasi, bagaimana merancang marketing dan keuangan, serta memprediksi jumlah penjualan. Nah setelah pabrik berjalan, biasanya proses perbaikan improvement paling banyak dilakukan seperti layaknya konsultan misalnya ada masalah barang yang defect/ cacat bagaimana cara menguranginya, bagaimana meningkatkan kenyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaannya (ada namanya ilmu ergonomi yang dipelajari mengenai hal ini), dll.


Ini adalah beberapa mata kuliah yang saya dapet selama kuliah di Teknik Industri UI. Beberapa ada yang berbeda dengan teman satu jurusan saya karena ada mata kuliah pilihan yang tidak merupakan mata kuliah wajib:

SEMESTER 1
SEMESTER 2
SEMESTER 3
SEMESTER 4
Kalkulus, Statistik dan Probabilitas, Pengantar Teknik Industri, MPK Terintegrasi, Bahasa Inggris, Seni/ Olahraga
Aljabar Linier, Fisika 1, Dasar Komputer, Menggambar Teknik, Pengetahuan Material, Pengantar Ekonomi, Agama
Kimia Dasar, Fisika 2, Ekonomi Teknik, Akuntansi dan Biaya, Fasilitas Industri, Psikologi Industri, Programa Linier, Mekanika Teknik
Fasilitas Pabrik, Proses Produksi, Statistik Industri, Operation Research, Sistem Penjaminan dan Pengendalian Kualitas, Perancangan Organisasi, Perancangan Kerja, Elemen Mesin
SEMESTER 5
SEMESTER 6
SEMESTER 7
SEMESTER 8
K3LL, Etika Engineering, Manajemen Strategi Industri, Sistem Keuangan Perusahaan, Ergonomi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Permodelan Sistem, Pemasaran Industri, Sistem Informasi
Total Quality Management, Sistem Distribusi dan Logistik, Manajemen Inovasi, Analisa Kelayakan Industri, Perancangan Produk, Tata Letak Pabrik, Sistem Produksi, Simulasi Industri
Sistem Pemeliharaan, Manajemen Proyek, Perancangan Teknik Industri/ Perancangan Proses, Kapita Selekta Industri, Kerja Praktek, Manajemen Teknologi, Keterampilan Interpersonal, Lean Operation, Manajemen Siklus Hidup Produk
Skripsi

Nah, dari mata kuliah yang saya ambil diatas itu kelihatan sekali kan bahwa kita mempelajari banyak hal mengenai manajemen dan operasional sebuah industri/ perusahaan. Makanya disebut dengan Teknik Industri. Ilmu Teknik Industri ini ga cuma bisa diterapin dalam industri manufaktur saja seperti otomotif, elektronik, kosmetik, petroleum, dll namun juga bisa diterapin di industri jasa misalnya Fedex (perusahaan logistic), Blue Bird (Jasa Transportasi), dll serta juga dalam kegiatan proyek misalnya proyek pembangunan gedung dan jembatan, pameran, proyek social, dll

Nah ini ada sedikit contoh aplikasi Teknik Industri dalam sebuah proyek, misalnya pembangunan Jembatan Selat Sunda. Seorang lulusan Teknik Material dan Teknik Elektro akan mengatur bagaimana material yang dipakai, jenis cat yang bagus, dll Seorang Arsitek akan merancang desainbentuk dan tata lampu jembatan yang bagus sedangkan Teknik Sipil akan menentukan jenis kerangka jembatan yang kuat dan kokoh. Seorang Teknik Elektro akan mengatur supply listrik selama kegiatan proyek dan setelah jembatan jadi. Nah bagaimana dengan seorang Teknik Industri? Jadi, dari mulai penentuan bahan material jembatan dan dibeli dimana, seorang Industrial Engineer akan mempertimbangkan dari segi harga bahan material, umur pakai jembatan, jarak supplier, dll. Jadi harus tahu tentang ilmu material karena kan baja saja ternyata punya banyak macam jenis jadi harus tahu. Selain itu juga kita menentukan dimana akan menyewa mesin-mesin yang diperlukan, merancang manajemen proyek (kapan dimulai dan berakhir). Nah yang paling penting adalah kita mempelajari Analisa Perancangan Kerja sehingga diketahui berapa jumlah pekerja yang diperlukan dari jumlah waktu yang kita punya. Jadi, semua yang kita lakukan itu berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya yang intinya adalah efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan proyek yang optimal. Ya, Industrial Engineering: We Make Things Better.

Sebenarnya banyak banget hal yang bisa dilakukan oleh seorang Industrial Engineer karena kita merupakan seorang Generalis Specialis artinya kita seorang yang spesialis untuk ilmu general artinya mengetahui semua ilmu haha lebay-nya gitu, namun yang paling ditekankan adalah kita hanya mempelajari banyak ilmu hanya sekedar permukaannya saja, tidak terlalu detail namun ngerti tentang ilmu itu. Seorang Generalis adalah manusia serba bisa yang menguasai banyak hal, namun yang mereka kuasai hanya sebatas ‘kulitnya’ saja, atau pengetahuan secara umum saja. Seorang spesialis adalah orang yang menguasai banyak hal lebih dalam tentang sedikit hal. Sementara Versatilis adalah manusia serba bisa (juga), namun pengetahuan mereka lebih ‘dalam’ dan spesifik.

Semoga dengan artikel yang cukup panjang ini bisa menambah pemahaman mengenai Teknik Industri. Sebenarnya kalau mau saya jelasin semua mata kuliah yang saya ambil namun mungkin terlalu kompleks, masih banyak hal yang mau saya jelaskan. Kalau mau lebih jelas ya, silahkan kuliah di jurusan Teknik Industri dan rasakan sensasinya. Oiya sekedar epilog saja, penjelasan mengenai Teknik Industri diatas berasal dari saya yang kuliah di Teknik Industri Universitas Indonesia, mungkin akan berbeda dengan mahasiswa Teknik Industri dari universitas lain.


Selamat Tinggal, Oma...

0

Tuesday, February 26, 2013 by


Pagi ini, udara terasa sangat dingin karena tadi malam hujan deras melanda kota nan sejuk ini. Seorang nenek tua sedang asik duduk melamun di teras rumahnya sambil memandangi jalan raya yang tepat berada di depan rumahnya. Terkadang kendaraan yang melintas menyadarkan lamunannya itu. Sang nenek sedang gundah karena sang suami sedang jatuh sakit yang sudah dialami 3 hari. Sang kakek mulai sakit setelah jimat yang ada di tubuhnya diambil. Maklum saja, orang jaman dulu terutama pejuang seperti kakek biasa memakai ini supaya diberi keselamatan dalam perang melawan penjajah, antara mitos atau bukan tetapi jimat itu membuat kakek tetap bertahan hidup sampai usianya sekarang 99 tahun hampir seabad. Jimat yang baru saja diambil dari tubuh sang kakek sudah dibuang ke sungai, padahal kalau dijual harganya mencapai ratusan juta karena jimat itu berupa berlian yang sangat berkilau, apalagi dapat memberikan umur panjang kalau ditanam di tubuh. Memang bagi orang yang mengutamakan keuntungan pasti menginginkan jimat ini dijual. Namun demi kebaikan keluarga maka jimat ini dibuang saja sesuai perintah nenek. Putra-putri nenek pun memahaminya walaupun apabila dijual mungkin uang warisan mereka bisa lebih banyak.

Sesekali, nenek terbayang dengan anak sulungnya, Adi,  yang sudah lama tidak berjumpa, apalagi dengan anak-anak si sulung. Putra sulung nenek ini sudah 7 tahun tidak bertemu karena ada semacam konflik dengan istrinya yang merupakan orang Medan berpaham Matrilinial yaitu garis keturunan berdasar ibu. Terpikir juga sang nenek dengan putra keduanya, Didi,  yang sakit-sakitan karena kebiasaan buruknya sendiri. Terlintas juga konflik antara anaknya Anah dan Mudi yang tak terselesaikan juga mengenai harta waris.

Tiba-tiba Tya, cucu perempuannya, menemui nenek utuk meminta menjepitkan pita ke rambutnya, seperti biasanya sebelum Tya berangkat sekolah selalu begitu. Tya merupakan anak Isti, putri terakhir nenek yang sudah 6 tahun mejadi TKW di Hongkong. Isti menitipkan Tya kepada ibunya sejak Tya berusia dua tahun. Tya sendiri kadang tak tahu ibunya, hanya saja nenek selalu memberitahu keberadaan ibunya itu.

Setelah Tya meninggalkan nenek untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Setelah beberapa saat, nenek melamun kembali dan teringat dengan putranya Ahmad yang sekarang tinggal di Tegal. Kalau bisa dibilang, Ahmad merupakan anak nenek yang paling berbakti namun keberadaannya yang jauh dengan nenek membuatnya tidak bisa selalu bersama nenek. Setiap hampir sebulan sekali anak nenek selalu berkumpul terutama membahas masalah harta waris mereka. Tapi seperti biasa, putra sulung Nenek tidak datang begitu juga dengan Isti yang berada di Hongkong.

Seminggu pun berlalu sejak jimat kakek dikeluarkan. Pagi ini rumah  nenek terasa ramai karena keadaan kakek yang sekarat karena sudah dimakan usia. Para kerabat dekat datang mengunjungi rumah karena menurut kabar dari Nanang, cucu tertua nenek, keadaan kakek sudah kritis. Nenek pun tak kuasa terharu melihat kakek yang terbaring lemah. Sampai akhirnya Innalillahi wainna ilaihi rojiuun, kakek menghembuskan nafas terakhirnya. Antara lega karena kakek bisa lepas dari penderitannya ataukah harus bersedih karena telah  ditinggal pergi telah bercampur jadi satu. Namun keputusan untuk mengambil jimat di tubuh kakek merupakan pertanda kalau kematian untuk kakek adalah hal terbaik.

Adi pun yang sudah 6 tahun tidak bertemu akhirnya pulang ke rumah, namun istri beserta anaknya tidak datang. Tidak semua anak nenek datang karena Isti masih berada di Hongkong. Walaupun nenek merasa sedih karena kekek telah tiada dan Isti tidak ikut berkumpul, nenek tetap bahagia tak terkira bertemu dengan anak sulungnya. Kedatangan Adi memang menutup kerinduan nenek, tetapi ternyata Adi hanya bisa berada disana selama sehari karena pekerjaan yang harus dia lakukan di Jakarta. Keadaan anak-anak nenek setelah kematian kakek semakin parah, mulai dari perseteruan tentang harta warisan hingga keadaan Didi yang semakin parah dengan penyakit diabetesnya. Semua keadaan ini membuat nenek yang sudah tua semakin tidak berdaya. Seakan-akan nenek yang merindukan masa tua yang tentram melihat kesuksesan anak-anaknya justru harus pahit karena keadaan sesungguhnya yang berkebalikan.

Setelah tahun lalu ditinggal pergi oleh Kakek, salah seorang yang dicintainya, kemudian nenek harus kehilangan salah satu putranya, Didi. Kondisi Didi yang semakin memburuk karena penyakitnya ini membuat Didi tak kuasa lagi melawan penyakitnya itu. Untuk mengobati rasa sedih nenek, Ahmad mengajaknya tinggal di rumah Ahmad selama beberapa minggu dengan maksud agar Ahmad bisa membujuk nenek agar mau menikmati hari tuanya dengan dia. 

Ahmad merupakan seorang karyawan kantor yang bekerja dari pagi hingga sore, sedangkan istrinya bekerja sebagai bendahara salah satu lembaga di desanya. Kesibukan keduanya membuat nenek merasa kesepian. Adapun putri sulung Ahmad masih kuliah di Semarang dan putra bungsunya masih SMA. Karena rumah Ahmad yang jauh dari rumah nenek membuat nenek kurang betah tinggal disini. Apalagi, Tya juga ditinggal di rumah nenek dengah Anah. Karena dari kecil sudah selalu bersama Tya, nenek seperti tak bisa jauh dari Tya. Padahal Ahmad ingin sekali mengasuh nenek semasa hari tuanya.

Seperti biasa setiap bulan anak-anak nenek selalu berkumpul membahas mengenai warisan mereka. Pertama-tama mereka menjual rumah nenek dan kakek yang mayoritas dibangun dengan kayu jati kuno ke kolektor. Setelah itu baru mereka menjual tanah kosong yang bangunannya sudah dijual terlebih dahulu. Nenek memilih tinggall bersama Mudi karena Mudi kekeuh tinggal di tanah warisan bagiannya tanpa menjual serta seluruh tanah milik nenek dan kakek karena ingin mempertahankan peninggalan orangtuanya.

Waktu demi waktu, usia nenek yang semakin renta dan perseteruan antara Mudi dan Anah membuatnya semakin lemah. Pagi itu nenek tiba-tiba pingsan tanpa sebab. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter memvonisnya terkena paru-paru basah. ICU pun menjadi satu-satunya pilihan untuk nenek. Setelah dirawat beberapa hari, kondisi nenek semakin memburuk ditandai dengan tubuh nenek yang mulai memar terutama bagian wajah. Dokter tidak bisa berusaha banyak. Sampai akhirnya nenek menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU itu.....


Powered by Blogger.