RSS Feed

Evacuation: Model Conceptualization

0

Monday, July 2, 2012 by


Sistem Evakuasi Bencana

Sebelum jauh membahas mengenai framework yang saya buat, saya akan menjelaskan mengenai pengertian sistem evakuasi terlebih dahulu. Sistem evakuasi secara umum merupakan pemindahan korban dari tempat kejadian bencana ke tempat yang lebih aman untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dimana sebelumnya pertolongan pertama telah dilakukan. Sebenarnya, proses evakuasi tidak hanya dilakukan setelah bencana terjadi, namun juga sebelum dan juga pada saat bencana terjadi. Jadi, disini dijelaskan mengenai proses evakuasi pada saat terjadi bencana (evakuasi diri sendiri) dan pada saat sebelum atau sesudah terjadinya bencana (evakuasi oleh tim evakuasi). Perbedaan proses evakuasi ini berdasarkan dari informasi tentang datangnya bencana apakah sudah diprediksi (Tsunami, banjir, gunung meletus, dll) atau tak terduga (kebakaran, gempa bumi, dll).

Evakuasi diri sendiri pada saat terjadi bencana tak terduga dimulai dari kesadaran mengenai adanya bencana kemudian menyelamatkan diri ke tempat aman. Sedangkan evakuasi dari tim bantuan pada saat sebelum bencana (hasil prediksi) dimulai dari pengumuman akan adanya bencana, proses pengumpulan populasi, serta pemindahan populasi. Pada proses evakuasi sebelum terjadi bencana biasanya ada proses mitigasi bencana dari pihak tertentu, misalnya pemerintah. Proses evakuasi setelah bencana cukup kompleks, dimana tim evakuasi harus melakukan penanganan lebih lanjut kepada populasi.

Tujuan utama dari proses evakuasi antara lain meminimalisasi kehilangan nyawa dan kehilangan harta benda, melakukan penanganan lebih lanjut, serta faktor keamanan dan keselamatan bila terjadi bencana susulan. Proses evakuasi yang dilakukan sebelum bencana terjadi (hasil perkiraan) lebih bertujuan untuk memfasilitasi usaha proses evakuasi lebih cepat, memperbanyak waktu dalam critical decision dan pengumuman bahaya, membantu dalam mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan dalam proses evakuasi, serta menyediakan perkiraan waktu evakuasi.

Dalam input sistem diagram, ada 6 variable berikut dengan penjelasan proses sebagai berikut:
  • Lokasi kejadian, merupakan tempat terjadinya bencana yang menggambarkan karakteristik lokasi dan bisa diketahui kondisi yang terjadi pada saat proses evakuasi seperti aliran dan kepadatan arus populasi yang berusaha menyelamatkan diri. Dari variable ini bisa dilakukan perkiraan cara penanganan berdasarkan data geografis lokasi dan karakteristik lokasi seperti Persiapan lebih dini untuk tempat khusus dengan karakteristik tertentu (misal: keterbatasan transportasi)
  • Populasi, lebih kepada individu yang menjadi korban bencana. Dari variabel ini bisa dilihat behaviour masing-masing individu (bisa berupa physical behaviour maupun psychological behavior) yang menentukan pergerakan individu dalam proses evakuasi diri sendiri serta interaksi mereka dengan individu lain atau dengan fasilitas lain (misalnya bangunan). Prioritas evakuasi juga penting bagi populasi bergantung pada kondisi korban.
  • Jenis bencana, apakah bencana yang terjadi merupakan bencana besar (melibatkan banyak individu dalam cakupan geografiis yang luas) atau bencana kecil (melibatkan sedikit individu). Jenis bencana akan mempengaruhi efek bahaya yang kemungkinan terjadi.
  • Metode evakuasi, yaitu bagaimana proses evakuasi berjalan, cara penanganan, prioritas evakuasi, dll.
  • Tim evakuasi, yaitu pihak yang memberikan bantuan evakuasi. Biasanya bantuan dilakukan setelah terjadinya bencana.
  • Area evakuasi, yaitu lokasi yang aman bagi populasi dibandingkan lokasi kejadian bencana. Area evakuasi biasa disebut dengan exit point. Semakin banyak exit point yang ada disekitar lokasi bencana maka jumlah korban yang selamat akan tinggi.
  • Dari sistem diagram dapat dilihat bahwa proses evakuasi yang berasal dari bantuan terlihat lebih kompleks dibandingkan proses evakuasi diri sendiri pada saat kejadian karena melibatkan perencanaan sebelum terjadinya bencana maupun setelah terjadinya bencana.
Dalam sebuah bencana, salah satu hal penting yang harus dilakukan adalah edukasi (pendidikan) terutama mengenai bagaimana menyelamatkan diri ketika sedang terjadi bencana (evakuasi diri sendiri). Hal ini bisa dilakukan dengan semacam simulasi proses evakuasi misalnya di kantor, sekolah, lingkungan rumah, dll sehingga bisa mengetahui hal yang harus dilakukan saat terjadi bencana terutama mengenai meeting point (tempat berkumpul untuk evakuasi) dan exit point (tempat aman).

Jenis Permodelan untuk Sistem Evakuasi

Simulasi   evakuasi   bencana   merupakan   salah   satu   metode   yang   digunakan dalam proses mitigasi resiko bencana.  Menurut saya, permodelan yang cocok untuk masalah proses evakuasi diatas adalah Agent Based Modelling (ABM). ABM merupakan salah satu metode pengembangan model simulasi berbasis  agent. Pemodelan simulasi berbasis  agent  merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pemodelan simulasi fenomena alam dan sosial.  Agent  yang merupakan bagian dari  Artificial Intelligence dapat bertindak berdasarkan pengaruh sekitarnya.

Dengan ABM, dapat disimulasikan model  agent  yang bergerak menuju area evakuasi ini bisa dimodelkan dengan bergerak maju ke depan. Tiap agent yang merupakan individu atau disini bisa dikatakan sebagai korban bencana bisa berinteraksi satu sama lain bahkan bisa berinteraksi dengan  fasilitas seperti bangunan, pohon, kendaraan, dll jika terdapat dalam model. Permodelan proses evakuasi dengan Agent Based Modelling ini mempresentasikan  agent sebagai model dari orang yang menyelamatkan diri atau melarikan diri dari bencana. Selain itu, simulasi ABM ini bisa juga mempresentasikan karakter fisik lingkungan dan pemodelan dari bencana.

Fenomena kehidupan nyata menggambarkan bahwa manusia akan menuju ke tempat yang aman ketika bencana terjadi. Namun, dalam beberapa situasi jumlah korban bisa menjadi lebih besar karena tidak tepatnya area evakuasi. Dalam model simulasi yang dibuat saat ini, bisa ditentukan area evakuasi (exit point) yang menjadi tujuan bergeraknya  agent  manusia. Nilai persentase keselamatan berbanding lurus dengan jumlah exit point. Semakin banyak jumlah exit point, maka semakin tinggi persentase keselamatan. Permodelan proses evakuasi dengan ABM ini terutama bisa dilakukan dalam sistem evakuasi oleh diri sendiri (pada saat terjadi bencana). Permodelan ABM untuk proses evakuasi dengan bantuan tim evakuasi pastinya akan lebih kompleks karena proses evakuasi dengan bantuan memiliki proses yang lebih kompleks daripada sistem evakuasi oleh diri sendiri.


Leave a Reply

Powered by Blogger.