Archive for July 2014
SHOPPING ON BUDGET
0Monday, July 14, 2014 by zidniezou
This
hormone is just killing me. Ya, as a tweenager, when the testosterone is
growing up, saya lagi care
banget dengan penampilan. Apalagi saya emang sedikit OCD (Obsessive Compulsory Dissorder) dimana
saya gak suka banget sama hal yang berantakan. Kalo ada sesuatu yang
berantakan, apapun itu harus saya beresin biar rapi (walaupun gak semua kasus
begini haha). Jadi untuk masalah penampilan juga saya gak mau berantakan,
walaupun untuk masalah penampilan ini gejalanya baru terasa ketika menginjak
umur 21 tahun dimana saya lagi seneng banget belanja grooming product dan belanja pakaian. Apalagi pas umur-umur segini
saya lagi kuliah di sekitar Jakarta dimana perkembangan pasar industri selalu
berawal dari sini. Ya awalnya emang uncontrolled,
masih kecil masih suka ketipu iklan.
Experience is the best teacher, ya emang tapi ini cuma buat orang yang menyadarinya karena terkadang banyak juga yang ga bisa mendapat apa-apa dari pengalaman (apalagi kegagalan) bisanya cuma nyetatus ga penting (red: mengeluh). Untungnya sih saya adalah anak kampung yang belum tau tentang merek, cuma tau baju murah dan bagus, sampe terbenam dalam benak diri kalo mau belanja apapun (makanan, pakaian, elektronik, dll) pasti milih yang murah. Kalau mau beli barang juga saya biasa pergi ke ITC Cempaka Mas, bersama Ibu-Ibu (red: ortu, tante, dan kakak). Dan, lebih untung lagi bahwa saya mulai tahu merek high-street fashion dan merek desainer ketika saya udah merasa memiliki pemikiran mental yang bagus di usia 20an, jadi gak bakalan beli suatu produk kecuali dibawah budget, ceritanya udah bisa mengendalikan diri dalam bertidak harus dipikirkan terlebih dahulu. Kalo adik sepupu saya yang tinggal di Jakarta udah melek fashion pas SMP jadi emang mereka mentingin ego punya barang branded, walaupun secara fisik udah gede tapi usia mentalnya belum. Baju termahal yang saya punya sampai saat ini adalah batik NAIL seharga Rp 400ribu gak tahu kenapa ini bisa kebeli. Sepatu pun juga buatan Cibaduyut dan itu pun hadiah kelulusan kuliah seharga Rp 600ribu karena authentic cow leather. Kalau tas, saya beli PSD bagpack seharga Rp 400ribu.
Experience is the best teacher, ya emang tapi ini cuma buat orang yang menyadarinya karena terkadang banyak juga yang ga bisa mendapat apa-apa dari pengalaman (apalagi kegagalan) bisanya cuma nyetatus ga penting (red: mengeluh). Untungnya sih saya adalah anak kampung yang belum tau tentang merek, cuma tau baju murah dan bagus, sampe terbenam dalam benak diri kalo mau belanja apapun (makanan, pakaian, elektronik, dll) pasti milih yang murah. Kalau mau beli barang juga saya biasa pergi ke ITC Cempaka Mas, bersama Ibu-Ibu (red: ortu, tante, dan kakak). Dan, lebih untung lagi bahwa saya mulai tahu merek high-street fashion dan merek desainer ketika saya udah merasa memiliki pemikiran mental yang bagus di usia 20an, jadi gak bakalan beli suatu produk kecuali dibawah budget, ceritanya udah bisa mengendalikan diri dalam bertidak harus dipikirkan terlebih dahulu. Kalo adik sepupu saya yang tinggal di Jakarta udah melek fashion pas SMP jadi emang mereka mentingin ego punya barang branded, walaupun secara fisik udah gede tapi usia mentalnya belum. Baju termahal yang saya punya sampai saat ini adalah batik NAIL seharga Rp 400ribu gak tahu kenapa ini bisa kebeli. Sepatu pun juga buatan Cibaduyut dan itu pun hadiah kelulusan kuliah seharga Rp 600ribu karena authentic cow leather. Kalau tas, saya beli PSD bagpack seharga Rp 400ribu.
Baik, kembali ke topik. Sebenarnya barang branded itu udah punya target
konsumen yang high class cuma
terkadang ada niche market atau orang
yang bukan target konsumen yang membeli barang itu. Ya memang kalau saya lihat
barang-barang branded itu selain sebuah karya seni yang berkualitas juga kita
pasti akan mempunyai kenikmatan tersendiri jika memilikinya. Apalagi kan
orang-orang sekarang terutama di perkotaan cenderung menganut paham hedonisme,
jadi ya mereka mengaktualisasikan diri mereka (salah satunya) dengan memakai
barang-barang branded, baik itu high-street
fashion semacam H&M, Zara, Mango, Next, Uniqlo, GAP, Pull&Bear, dll
maupun memakai barang-barang desainer seperti Marc Jacobs, Miu Miu, Armani
Exchange, Calvin Klein, dll sampai luxury
product seperti Louis Vuiton, Hermes, Gucci, Versace, Givenchy, dll. Merek high-street biasanya berharga sekitar Rp
300ribu sampai Rp 1 juta-an, ya mungkin lebih sedikit tapi ga nyampe 2 juta.
Merek desainer juga harganya masih dibawah Rp 10 juta-an sedangkan dari luxury brand harganya bisa sampe ratusan
juta rupiah. Saya sih emang ga pernah beli, Cuma tertarik aja dengan namanya
ilmu Brand Management jadi saya
pelajarin semua merek ini kenapa harganya bisa mahal (lihat posting saya
sebelumnya tentang Branded Brand’s Secret
di http://zidniezou.blogspot.com/2014/03/branded-brand-secrets.html)
Ketertarikan saya pada fashion justru muncul ketika mengunjungi pagelaran
tahunan Jakcloth Festival End Sale 2012 yang biasanya diadakan di lapangan
Senayan. Nah, dari ketiga segmentasi pasar fashion tadi, ada satu kategori lagi
yaitu brand lokal yang harganya rata-rata di bawah Rp 300ribu saja. Yap, akhirnya
tahu juga produk fashion yang pas sama kantong dan ternyata produk brand lokal
Indonesia itu gak kalah loh kualitasnya dengan produk dari brand luar. Apalagi
harganya jauh lebih murah. Masalahnya cuma satu, kita gampang terpengaruh sama
trend luar, terlihat dengan promosi brand luar yang terlihat sophisticated padahal juga pemilik brand
lokal selalu memberikan sentuhan trend luar negeri, ya dengan menyesuaikan ciri
khas lokal juga. Kalau saya lihat dari kualitas produknya malahan sedikit lebih
bagus brand lokal, karena untuk brand internasional terutama yang high-street fashion selalu melakukan
meminimalisasi biaya/ cost-reduction produksi
yang biasanya berpengaruh pada bahan yang dipakai. Saya sering melakukan window
shopping di Grand Indonesia dan Plaza Indonesia, namun lebih pada mempelajari
mereknya bukan membelinya karena ga kuat lihat price-tagnya. Dari pengalaman ini juga saya bisa mengambil sedikit
tips untuk bisa mengendalikan diri dalam membelanjakan uang untuk barang yang out of budget. Ternyata niat awal yang
cuma belajar brand management jadi
bisa punya tips hemat belanja. Ini bukan tips untuk kaum jetzet (alangkah
baiknya kalau kaum jetzet juga hemat haha), ini tips buat orang biasa yang
terkadang membeli barang-barang mahal karena kurang bisa mengendalikan diri.
- Tentukan budget
Ini adalah point utama
sebelum membeli sesuatu, terkadang kita kurang bisa mengendalikan emosi untuk
tidak membeli barang bagus yang diluar budget. Ini yang membedakan antara smart consumer dengan yang tidak.
Masalah utama rumah tangga di Indonesia adalah masalah finansial, salah satunya
ga bisa membuat budget belanja. Sewaktu kuliah, saya biasa mendapat uang saku
Rp 2 juta untuk bayar kost, biaya makan, biaya buku/fotokopi, belanja
kebutuhan, dan sedikit budget untuk membeli barang. Budget saya dalam membeli
barang pada saat itu adalah 10% dari uang saku yaitu Rp 200ribu itupun
terkadang dikumpulin dari beberapa bulan baru kemudian belanja di toko
langganan. Itu adalah harga barang paling tinggi yang mau saya beli. Mungkin
terlihat sedikit, tapi kalau kita smart
dan lucky pasti kita bisa dapat
barang bagus. Sebagian besar saya berbelanja brand lokal secara online maupun
belanja di daerah Jalan Riau-Bandung yang terjangkau dan bagus. Beberapa merek
lokal favorit saya adalah Petersaysdenim (PSD), House of Smith, DeadSeventies
(DSVS), Label Eight,Dazzle&Angel, ProShop, Skaters, Airplane Systm, dan
masih banyak lagi.
- Pikirkan barang substitusi apa yang bisa didapat dari uang yang dikeluarkan
Nah, ini adalah hal
yang harus diingat-ingat ketika anda sedang “kepincut” banget sama sebuah
barang yang out of budget sampe2 lagi antri di kasir. Misalnya, sebuah contoh
yang ekstrem ketika kamu kepincut dengan Leather Steam-Bag Louis Vuitton
original seharga Rp 18 juta maka Anda pasti bisa membayangkan bisa membeli
seekor sapi besar dan gemuk dengan uang sebesar itu dan bisa Anda berikan ke
panitia Kurban haha. Contoh lain adalah ketika kepincut dengan Sneaker Gucci
senilai Rp 9 juta, mungkin kamu bisa pergi ke Bali maupun Singapura diatas
fasilitas ekonomi. Atau mungkin kepincut dengan Sling Bag Zara seharga 1,2 juta
dengan uang segitu kita bisa belanja puas di acara JakCloth.
- Ketersediaan barang: eksklusif, limited edition, atau made to stock
Perlu diteliti apakah
barang yang dijual didesain secara eksklusif dan tidak ada barang lain sejenis.
Barang jenis ini memang biasanya harganya sangat mahal dibanding yang limited
edition yang tersedia dengan jumlah tertentu dan di tempat tertentu, sedangkan
barang MTS (Make to Stock) biasanya
diproduksi secara masal.
- Mengetahui kapan brand anniversary
Hampir semua brand yang
sedang mengadakan anniversary
biasanya melakukan diskon besar-besar ibarat melakukan sebuah pesta
diskon. Minimal kita bisa mendapatkan
diskon 50% - 80%. Diskon berlaku untuk semua produk baik new arrival maupun
produk sisa. Produk high-street fashion
yang saya punya adalah Uniqlo, itupun chino
pants dan kaos kakinya saja krena pada awal launching di Jakarta beberapa
tahun lalu, Uniqlo menjual chino pants-nya
seharga Rp 150ribu yang sesuai dengan budget. Saya pun membeli sampai 4 buah
karena chino pants produk lokal pun sebenarnya lumayan mahal diatas Rp 250ribu.
Adapun produk kaos kaki Uniqlo emang unik dan terjangkau, kemudian juga belum
ada brand lokal yang menjual kaos kaki yang bagus dan murah.
- Menunggu momen-momen diskon: akhir tahun, petengahan tahun
Ini biasanya adalah
moment yang paling ditunggu bagi penggila belanja. Diskon seperti ini biasanya juga merupakan
kerjasama pemerintah dan juga asosiasi pengusaha. Namun, yang perlu diperhatikan adalah
kebiasaan kita membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan, tetapi sayang
kalau tidak dibeli karena harganya yang murah. Nah, disinilah bahayanya diskon.
Biasanya saya membawa uang tunai ketika momen diskon ini karena jika bayar
menggunakan kartu debit apalagi kartu kredit maka bisa menimbulkan uncontrolled expenses.
- Membeli barang sisa edisi
Yap, ini tergantung
lagi dengan karakter orangnya. Kalau saya membeli barang yang sesuai dengan
selera saya, jarang mengikuti trend. Kalau itu bagus dan on budget maka saya beli. Terkadang barang yang sedang nge-trend
juga gak “gue banget “jadi ga mungkin saya beli. Nah, kelemahan barang sisa
edisi (misalnya dari stok tahun lalu) adalah ukuran yang tidak lengkap.
Terkadang saya perlu “ngakalin” dengan beli size yang lebih besar dan
mengecilkannya di tukang jahit. Waktu itu saya pergi ke CENTRO Margo City untuk
membeli baju koko pada bulan puasa. Barang yang saya sukai seharga Rp 400ribu.
Ya, memang ini baju koko edisi lebaran pastinya harganya mahal kalo dibeli pas
bulan puasa. Karena di luar budget, saya memutuskan tidak membelinya. Nah, satu
bulan setelah lebaran, saya datang lagi ke CENTRO Margo City yang sedang
menggelar diskon sisa edisi lebaran dan untung sekali baju koko yang saya sukai
masih ada dan diskon 75% turun harga menjad Rp 100ribu. Nah, kesabaran dan
pengendalian diri ternyata ada harganya.
- Beralih ke brand lokal yang lebih murah
Kalau
kita tidak terpengaruh dengan merek luar, maka merek lokal bisa menjadi
alternatif yang ga kalah bagus koq. Saya rekomendasikan sekali datang ke acara
JakCloth di Parkir Senayan biasanya pas akhir tahun dan awal tahun. Disini
pastinya semua stand memberikan diskon dan pastinya ada koleksi untuk pria dan
wanita. Kebanyakan memang produk casual street
fashion, jadi jangan harap membeli office
wear disini haha (kecuali anda pekerja swasta yang bebas berpakaian ketika
ke kantor). Beberapa mall besar seperti Grand Indonesia, Senayan City, Mall
Kelapa Gading, dan Gandaria City juga biasanya menggelar pameran untuk merk
lokal sebagai sarana pemasaran mereka.
- Membeli barang premium
Sekarang ini memang
banyak sekali barang tiruan yang dijual di pasar sebagai opportunity yang lumayan menjanjikan untuk pengusaha ritel nakal.
Produk premium atau mirror merupakan produk yang 99% mirip dengan produk
original, hanya ini dibuat oleh pabrik yang tidak resmi dari suatu brand. Harga
barang premium biasanya 10% – 20% dari harga asli. Misalnya tas kulit buaya
dari Gucci seharga Rp 20 juta dijual dengan harga Rp 2-4juta untuk produk
tiruan dengan bahan dari kulit buaya asli dan bentuk yang 99% sama. Saya tidak
merekomendasikan hal ini, namun sudah terlalu umum walaupun ,melanggar etika
bisnis. Perlu anda tahu bahwa tas Louis Vuitton yang ada di dunia ini hanya 1%
yang asli karena sisanya adalah produk tiruan, hal ini pernah diungkapkan oleh
manajemen LVMH yang merupakan perusahaan pemilik brand Louis Vuitton.
- Hindari jalan2 ke Mall/ kawasan belanja
Yang namanya mall/
pusat perbelanjaan pasti ada-ada aja yang dibeli ketika kita mengunjunginya
walaupun itu hanyalah sebotol minuman. Namun itu tergantung niat, seperti saya
yang pergi ke Grand Indonesia dan Plaza Indonesia untuk sekedar belajar Brand Management merek-merek disana.
Lebih baik kita mengunjungi taman hiburan, museum, atau tempat edukasi lainnya
daripada tempat yang menumbuhkan perilaku konsumtif.
- Meminta info promo, diskon, dll (membuat membership)
Kalau anda mempunyai
toko langganan favorit, saya anjurkan untuk membuat kartu membernya. Biasanya kita
akan dihubung by e-mail kalau ada info
tertentu seperti produk baru, flash sale,
dll. Karena langganan, biasanya saya tahu Store
Manager-nya dan memintanya untuk menghubungi saya kalau sedang ada promo.
Ya, lumayan kalau ada diskon di toko langganan.
- Menahan beberapa waktu untuk tidak membeli
Tahan minimal 1 hari
ketika anda kepincut dengan barang yang lumayan mahal karena biasanya itu hanya
emosi sesaat yang biasanya akan timbul penyesalan sesudah membelinya. Coba alihkan
pikiran anda ketika ingin sekali membeli sesuatu.
- Membeli barang di online shop
Sekarang ini, online shop memang menjadi alternatif
bagi pedagang untuk menjual produknya. Online
shop juga membuat kita tidak perlu pergi ke pusat perbelanjaan. Untuk online shop besar seperti Zalora,
Lazada, LocalBrandID, dll biasanya menggelar diskon tiap hari untuk menggaet
banyak konsumen yang suka produk murah seperti saya. Namun kelemahan utama dari
online shop adalah barang yang kita
terima terkadang tidak seperti pada katalog yang ada di gambar web. Saya pernah
mendapatkan sepatu loafers seharga Rp 187.000 setelah diskon 60% yang
berlangsung 7 hari saja dan itupun gratis ongkir karena berada di Jabodetabek .
yang paling enak dari membeli barang di online shop adalah kita bisa
mengurutkan produk dari harga terendah maupun menentukan opsi rentang harga
produk yang sesuai dengan budget.
Ya,
akhirnya saya ingin memberikan tips pamungkas yaitu bahwa marketing itu
menunjukkan karakter seseorang. Yang namanya marketing pasti tujuan utamanya
menarik seseorang untuk membeli. Jadi, tergantung mental dan karakter seseorang
apakah mudah terpengaruh atau tidak. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaan,
pengendalian, dan pendidikan. Dan, mahal tidaknya penampilan seseorang dilihat
dari kepercayaan dirinya ketika berjalan, bukan harga barang yang dipakai. Siapa
bilang penampilan kita tidak terlihat edgy
jika memakai produk murah? Harga itu menunjukan persepsi, bukan kualitas.
Category Motivation, Thought
HOMEMADE BIBIMBAP & DIMSUM
0Saturday, July 12, 2014 by zidniezou
Frankly, it’s ain’t
easy to find korean food restaurant in Jakarta, even finding the one that serve
delivery service. I love vegie but I’m not vegan, so Bibimbap is one of my
favorite meals because it gives balance nutrition and mostly from vegie. Bibimbap
in Indonesia is like Lengko. Bibimbap is served with vegie like carrot,
cucumber, mushroom, kimchi, and spinach with gochujang sauce and meat, while Lengko is
served with vegie like cabbage, bean sprout, cucumber, and tofu with peanut
sauce and crispy snacks. I’ve already made Lengko with my grandma. Then, making Bibimbap is just
about being creative because the ingredients are hard to find in Indonesia so I
made gluten free goochujang sauce in my own. Just need coconut oil, garlic,
ginger, onion, fresh tomatoes, spicy sauce, sesame oil, salt, pepper, and
surely paprika powder. The keys of gochujang sauce are ginger and paprika
powder. I process the vegies by boiling it and the quickly fried in coconut oil,
say sauce, and sesame seeds. Here is the presentation of my homemade bibimbap.
Then, I also made my
own dimsum/ siomay. I just know that the secret key of chewy dimsum is a squash
(in Indonesia means labu siam). I use fresh grilled chicken, prawn, and mackerel
with ratio chicken:prawn:mackerel is 2:1:1. Then I added starch, a little
flour, grated squash and carrot, grilled mushroom, fish oil, sesame oil,
chicken brooth, spring onion, salt, pepper, and soy sauce. Mix the dough well
and leave for some minutes. I cast the dough to little container and also slip
into tofu then boiled it.
At last, I also made my
own excess-boiled eggs. In Indonesia, it’s called “telur pindang.” It have
sweet or salty taste, depend on your desire how to cook it. If you want the
sweet one, you must add more soy sauce in. Just prepare the boiled eggs then
peel the skin. Excess-boiled eggs mean we cook it again in some hours till the
eggs absorp the flavored-water and the taste will move to the eggs. The boiled
water must be added with bay leaves, lemon grass, tea, salt, brown sugar,
ginger root, ginger, and soy suce. You also can add five-spices or cinnamon to
make it sweet. After the water is run out after cooking, just leave the eggs in
some hours so that the colour inside will more darker.
Category Food and Cooking, Photopict
GREAT FATHER
0by zidniezou
Selalu update tentang
berita Luxury Industry alias penjual
merk branded seperti Hermes, Louis Vuitton, Chanel, dan kroni-kroninya tentunya
bikin saya update juga merk fashion lokal yang branded dari desainer tanah air
semacam Sebastian Gunawan, Barli Asmara, Mel Ahyar, Billy Tjong, Didit
Hediprasetyo, serta desainer lokal lainnya. Apalagi, waktu lagi jaman Pilpres
yang menyajikan duel maut Jokowi vs Prabowo, pagelaran Paris Fashion Week juga sedang berlangsung dimana para desainer
dunia memamerkan koleksi Fall/ Winter
Couture mereka.
Saya tahu Didit
Hediprasetyo adalah desainer tanah air yang sudah memeragakan koleksinya di Paris Fashion Week sejak beberapa tahun
lalu tepatnya 2011, jauh mendahului Tex Saverio yaitu desainer Indonesia yang
lagi dielu-elukan karena karyanya dipakai oleh penyanyi sekelas Lady Gaga. Yang
pasti fashion show yang mereka berdua
adakan menggunakan tema yang masih terbilang sederhana, gak mewah sekelas Louis
Vuitton atau Chanel. Saya bisa menebak kalau Didit Hediprasetyo adaah anak
orang kaya soalnya biaya fashion show
di Paris itu pasti muahal buanget pake lebay nulisnya. Dari biaya sewa venue fashion show, bayar model catwalk,
hingga shipping koleksi baju yang gak
mungkin dikemas sembarangan. Melihat debut fashion
show Tex Saverio di Paris Fashion
Week saja saya agak kaget soalnya venue fashion show-nya terlihat seperti
gudang. Maaf bukannya menghina tapi memang begitu sempit, remang-remang, dan
dengan pengunjung yang sedikit. Tapi ya emang saya gak mungkin bisa
membandingkan venue Tex Saverio dengan desainer kenamaan seperti Mary Katrantzou,
Victoria Beckham, Badgley Mischka, dll yang sudah mendunia dan banyak uang.
Lagi hangat-hangatnya
Kampanye Pilpres, saya selalu update berita dengan detikcom. Sambil membaca
berita hangat dengan makan tahu aci hangat haha, saya baca berita diatas dan
baru tahu kalau ternyata Didit Hediprasetyo itu putra tunggalnya Pak Prabowo
Subianto. WHAT? Sumpah saya kira putra tunggalnya Pak Prabowo itu adalah
politikus Gerindra, minimal ketua TIDAR, ato gak ya seorang eksekutif muda yang
megang jabatan penting di perusahaan Pak Prabowo. Aryo Djojohadikusumo saja
yang merupakan keponakan Pak Prabowo pernah menjadi Ketua TIDAR dan menjabat
komisaris dan direktur perusahaan keluarga. Mungkin kalau namanya Didit
Soeharto ato Didit Subianto ato mungkin Didit Djojohadikusumo sih langsung
ketebak ya dia keturunan siapa. Maklum selama ini saya seneng sama Luxury Industry ato barang branded dari
desainer cuma sebatas tertarik bisnisnya, how
is their brand management, bagaimana produk mereka bisa eksklusif dan mahal. Produknya pun saya gak tertarik membelinya karena
harganya selangit. Saya gak tahu sama sekali tentang kehidupan pribadi
desainernya.
Saya tentunya takjub
sekali ya dengan hal ini, seorang putra mantan pangkostrad sekelas Pak Prabowo
Subianto punya putra tunggal yang ternyata adalah seorang desainer. Perbedaan profesi
antar panglima TNI dengan desainer itu jauh sekali dan bertolak belakang,
antara persepsi seorang panglima TNI yang tegas dan seorang desiner pria yang
feminim. Saya yang baru lulus kuliah tapi punya cita-cita yang berbeda dengan
harapan orang tua tentunya melihat Pak Prabowo sebagai Great Father ya. Sosok Ayah yang sangat kaya raya dengan jabatan
terhormat yang pernah beliau sandang tapi mendukung cita-cita anaknya menjadi
seorang desiner dan tidak menghiraukan apa kata orang lain tentang hal ini. He let his son doing what’s he supposed to
be. Saya gak bilang kalau orang tua saya buruk karena tidak mendukung
cita-cita saya, mungkin saya hanya perlu meyakinkan mereka dengan usaha yang
lebih banyak lagi walaupun cita-cita saya sebenarnya lebih baik untuk kedua
orang tua saya dibandingkan harapan orang tua saya seperti orang tua lain di
Indonesia yang terlalu umum (lulus kuliah – kerja di perusahaan – naik jabatan –
dst) dan kadang terlalu berpikiran sempit.
Ini hanya sebuah
inspirasi yang saya dapat dari seorang Great
Father yang ingin saya utarakan di posting ini. Sekalian mengungkapkan isi
hati karena sering berselisih pendapat dengan orang tua karena berbeda
pandangan mengenai cita-cita saya. Terlepas dari apakah saya mendukung Pak Jokowi
atau Pak Prabowo dalam Pilpres 2014, saya pastinya akan bangga sekali jika Ayah
saya seperti bagaimana sosok Pak Prabowo kepada anaknya. Selalu mendukung
keputusan anaknya bukan berarti seorang ayah harus memanjakannya. It’s different between spoiling the children
and supporting the children. Tiap orang punya caranya masing-masing untuk
mengabdi kepada negara. Misalnya Pak Prabowo yang pernah menjadi panglima TNI
untuk menjaga kedaulatan negara, serta putranya Didit Hediprasetyo yang menjadi
desainer internasional untuk membawa nama bangsa di kancah internasional. Apapun
cita-citanya, selagi cita-cita itu positif dan didukung dengan baik oleh orang
tua serta orang tua percaya dan yakin bahwa anak akan berhasil, disertai skill
yang anak punya maka cita-cita itu akan menemukan jalan dan berkah. Restu Tuhan
memang bergantung pada restu orang tua. Terkadang orang ragu dengan
cita-citanya karena merasa orang tua tidak merestui sehingga takdir Tuhan akan
berkata demikian juga. Tetapi ada yang lebih penting dalam mencapai cita-cita,
yaitu keyakinan diri. Yakinkan diri sendiri dulu, perlu ditekankan juga kamu
punya skill/ kemampuan, passion, dan juga usaha yang keras . Kemudian yakinkan
Tuhan bahwa kamu akan bertanggung jawab terhadap cita-citamu nanti, dekati
Tuhan, sehingga jika suatu hari memberikan hasil maka hal ini bisa menjadi
langkah awal untuk meyakinkan orang tuamu.
Yap, orangtua itu
memang seorang sahabat sekaligus seorang musuh bagi anaknya. Mereka akan selalu
ada untuk anaknya seperti sahabat, dan juga terkadang menentang anaknya karena
perbedaan pendapat. Terkadang orangtua terlalu memaksakan keinginan mereka
kepada anaknya, bukannya anak yang menginginkannya sendiri. Mungkin mereka berpikir itu yang terbaik untuk anaknya, padahal yang menjalani adalah anaknya sendiri. Bolehlah orang tua memberi yang terbaik, asalkan sesuai keinginan anaknya. Kalau orangtua berharap anaknya bisa menjadi seseorang yang membanggakan untuknya, maka orangtua juga harus menjadi sosok yang membanggakan bagi anaknya. Menjadi orangtua yang membanggakan itu tidak harus berprestasi tapi cukup memberikan teladan yang baik. We can't just receive without giving. Masalah utama bangsa Indonesia adalah mental
rakyatnya, mental individunya. Begitu yang dikatakan juga oleh Pak Jokowi yang
mencetuskan gerakan Revolusi Mental. Sebenarnya revolusi mental ini bukan
tanggung jawab presiden, namun tanggung jawab orang tua dalam keluarga sebagai lingkungan
awal perkembangan anak. Keluarga yang mendampingi anak ketika mereka mulai
mengenal lingkungan sekitar. Dalam psikologi anak, seorang anak akan mempunyai
kebiasaan yang hampir sama dengan kebiasaan orang tuanya. Jadi ketika seorang
anak berperilaku buruk, jangan memarahinya. Pertama, lihat dulu barangkali anak
tersebut meniru tingkah laku anda sebagai orang tuanya sendiri. Terkadang
orangtua kurang menyadari kalau sebenarnya mereka berperilaku buruk yang
mendorong anak melakukannya juga. Dari situ, ubah perilaku buruk anda. Anak
yang masih kecil dan belum akil baligh masih perlu dibimbing. Bahkan keburukan
seorang anak tidak akan mendapat dosa dan hukuman dari Tuhan karena anak belum
bisa berpikir nalar dan dewasa. Orangtua, terutama ayah terkadang belum paham
benar apa arti dari TEGAS. Ya, modal utama seorang pemimpin rumah tangga adalah
ketegasan. Tegas itu menurut saya bukan menjadi keras dan membuat orang takut. Ketakutan
justru bisa menimbulkan pemberontakan sehingga bukan sikap yang baik. Tegas itu
adalah punya pendirian atau tidak plin plan, dan intinya adalah memberikan win-win solution atau adil.
Balik lagi ke revolusi
mental yang dicetuskan Pak Jokowi, hal ini berarti bahwa proses pembentukan
sebuah keluarga di Indonesia masih belum baik. Ya, menurut saya menikah
bukanlah soal cinta atau untuk tujuan menghindari hawa nafsu. Menikah adalah
soal persiapan dan tanggung jawab. Kalau mau revolusi mental, perbaikilah
sistem pernikahan Indonesia. salah satunya yang saya pikirkan adalah Pendidikan
Pra-Nikah untuk calon pasangan keluarga. Persiapan atau tanggung jawab
dalam bahtera rumah tangga bukan hanya sebatas mempertahankan keluarga dan
membesarkan anak. Seorang pasangan perlu diberi pengetahuan misalnya dari
pengelolaan keuangan, kesehatan rumah tangga, psikologi rumah tangga, akidah
berumah tangga, hingga pendidikan calon istri yang seharusnya bisa melayani
keluarga minimal bisa memasak haha. Menikah itu memang perlu banyak
pertimbangan, bukan hanya soal cinta atau hawa nafsu. Atau bahkan menikah karena ikut-ikutan karena yang lain sudah menikah. Build family is defferent with build loves. Bahkan jaman sekarang
sebagai orang tua yang ingin menikahkan anaknya, pertimbangan utama kepada
calon menantunya adalah harta. Coba saja yang ditanya pasti “Pekerjaan kamu
apa? Kamu bisa menghidupi anak saya?” haha. Jujur, kalau saya jadi ayah yang
anaknya sedang dilamar, saya tidak akan bertanya demikian. Saya akan bertanya dari
hal kecil seperti “Apa niat shalat fardhu; berapa kali khatam Al-Quran; Jumlah
ayat, surat, dan juz Al-Qur’an; dll.” Saya percaya bahwa berumah tangga adalah
sebuah pendidikan dan sebuah pengalaman yang berasal dari ilmu. Dan ilmu dasar
yang pertama kali diajarkan kepada seseorang adalah ilmu agama. Kalau ilmu yang
paling dasar saja gak bisa, apalagi ilmu yang diperlukan dalam membangun rumah
tangga. Berumah tangga bukanlah sebuah perkara tentang uang dan harta, tapi
sebuah anugerah yang harus diridhai oleh Tuhan agar memperoleh berkah.
Haha posting kali ini
memang seperti kutu loncat, dari membahas luxury
brand, desainer, sosok ayah, keluarga, hingga tentang pernikahan. Apapun yang
dibahas, saya menghargai pendapat Anda jika ada perbedaan pendapat. Tuhan itu
satu, Manusia yang berbeda. Maka dari itu perbedaan harus dihargai supaya
menjadi indah.
Category Family, Motivation, Thought
REVEAL: MY STORY
0by zidniezou
It's been two years ago
when I was joining the Reveal Game by L'Oreal and also participating Be
Revealed Event for the Top 16 players. Read my article about it here.
Frankly, this is the biggest achievement I can get as university student. As
you can see in my curiculum vitae at achievement section, being top 16 national
finalist from playing Reveal Game by L'Oreal is the proudest one, the biggest
one because it's national competition. Actually, I have a long story about my
participation here. A story about hard struggle.
I knew this competition
when there was L'Oreal people (HR team) that introduced this game for
industrial engineering student because this game is about new product
development process that cover in our subject: Industrial Engineering Design.
This game was like the simulation of L'Oreal Brandstorm, the mini series one.
We played it like playing The Sims, acting as the brand manager of L'Oreal and
communicate with other L'Oreal people to develop a new product/ brand together.
The L'Oreal people came to our university when we were in final exam test.
I started to play this
game in my internship time on Central Bank of Indonesia (BI), while I had a
break for 3 months after final exam before the new term. The headquarter office
in BI has a good internet access so I played this game if I feel jobless haha.
For the first, I played this game as a trial so that I can understand how the
games run. I really want to be the Top 20 players and experience B-Revealed
Event because untill the 3rd grade in university, I have no achievement for
national competition. Yap, even for playing as a trial, I need totally 6 hours
to complete the game because we will also get many question, quick interview,
and psychotest. I played it in one day because I also have another job to do. Some
of the question will give right answer in the end we complete the test, so I
have an advantadge to play the first game as a trial. Finally, I finished it
with score 6055 and got A- in the top 30 about in 26th place. Yeah, for just
playing as a trial, without any consideration of the decision that I chose, it
was a good beginning. I think that for the second playing, I can get at least
in Top 20 and then participate in B-Revealed Event in L'Oreal Indonesia's HQ.
Before playing for the
2nd, I read some journal about NPD Process (New Product Development) in several
days before playing again so that I can understand how run the process better
especially in theory. It's almost 10 international journal that I read. I must
registered with my other email and different username for playing the next one
but I gave the same data like the first login. I played for the second in about
three days and it was in the last week of the game to be closed. For the second
playing, I really look every detail of the game process such the question,
quick interview, and psychotest in hope that I can reach Top 20. I WANT IT SO
BAD! After struggling hard, finally my score is higher than before. It’s 6562
points with B+ but I got in 29th place. My rank is down because there was many
participant after I’ve played the trial for the first. It seems like too far
away or me to be the Top 20 national players
I was so sad and tired.
It was about 4 days left until the competition was closed. Should I play it
again for the third? Ya, because I want it so bad, I planned to play for the
third because there’s no rule that we just can play this game for once, and
finally make a permition to my internship mentor, Mr. Panca, to have one day
break in my internship because some reason (actually for playing REVEAL Game in
a day). I think that, it would be the last chance I can tried, because I must
aware that maybe I’m not qualified enough to be the Top 20 national players. After
hard struggle, finally I can reach 7099 point with score A+ in 18th place for my REVEAL Game.
The funny thing beside this experience is when I met the committee Mr. William
Gunawan that actually knew if I played this game three times haha. I registered
this game three times with different email and username, but I give the same
data about myself. And, actually there just Top 16 that invited to B-Revealed Event in L'Oreal Indonesia HQ. As you know that the L'Oreal Indonesia officers are also playing this game and some of them being Top 20 players. Officially, my 1st and 2nd are in the Top 16 too haha. But I actually really happy for what I've done. It's not just learn me about NPD Process but also about struggling hard.
Frankly, in my
internship program, I learn more about NPD process from L'Oreal than about
quality improvement that I officially did in BI haha. As you know, in the next
term of Industrial Engineering Design subject, I felt perform really well for
this subject especially for the class project. And, I also feel confident when
I participated L'Oreal Brandstorm 2013 although my team actually didn't pass
for the semifinal stage. As you know, the theme for my final project to
complete my study in university and got Bachelor of Engineering is about
formulating the best NPD Process for Indonesia's SME (Small Medium
Enterprises). Ya, although I feel it was really hard to get this experience, I
can get more than I expect. Nothing worths having comes easy, Dude! The
NPD Process in company is covered in Brand Management Division, I hope if I worked
in a comnpany, I can be hired in this position.
And finally, I just
really thanked to God for giving me an awareness that nothing worths having
comes easy. You must read my last posting here that give me more strength for what I’ve been through. God is just learn me
that there’s no an instant way to achieve our dream. If we can reach our dream
in instant, it would not stay longer or maybe you just have a good luck. I know
myself as someone that is always trying to do something, finally I can learn in
the process what I’ve done, not just focus on the result/ goal. Mr. Theodore Roosevelt is just envied to me haha.
Category About Me, Campus Life, Lectures, Motivation, Thought
Powered by Blogger.