IMBALANCE PLANET
0Saturday, August 16, 2014 by zidniezou
Ketertarikan saya
dengan isu sosial dan lingkungan yang sedang memprihatinkan saat ini membuat
saya menjadi seorang yang sangat idealis (apalagi saya seorang Libra yang
katanya idealis haha). Ya di sisi lain itu bagus karena saya termasuk orang
yang berpendirian teguh, namun juga ada buruknya karena saya menjadi terlalu
pemilih terutama dalam karir karena sangat tidak sesuai bekerja di perusahaan
kapitalis walaupun ada gejolak dalam diri saya karena saya tidak boleh egois
mempertahankan idealisme sendiri tanpa memikirkan orang lain terutama orang
tua. Walaupun saya peduli dengan isu sosial dan lingkungan ini, saya masih
belum total dan merasa belum bisa melakukan banyak hal untuk melakukan
perubahan besar. Kalau mau total ya jadi suku Badui aja kali ya biar cara
hidupnya memegang kuat kebudayaan untuk menjaga lingkungan. Isu sosial dan
lingkungan yang saya ketahui juga masih bersifat umum, padahal banyak hal-hal
khusus/ kecil yang harusnya diketahui untuk mulai memecahkannya sehingga isu
umumnya bisa diselesaikan. Yang pasti, semakin hari masalah di dunia ini makin
kompleks. Memang banyak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, maupun peradaban.
Namun kemajuan gaya hidup adalah masalah yang menurut saya paling berdampak
negatif karena merubah pola pikir dan perilaku seseorang.
Untuk memperingati World Water Day yang sebenarnya
diperingati setiap tanggal 22 Maret dan juga World Earth Day yang diperingati setiap 22 April, pada 24 April
2014 kemarin saya mengikuti seminar yang bertema Green City: Balancing People and Planet. Seminar ini cukup
menarik karena sebenarnya isu ini juga merupakan salah satu permasalahan yang
sedang dihadapi di Indonesia dan juga masyarakat dunia. Jadi untuk menambah
wawasan tentang isu ini, saya ikut berpartisipasi. Seminar ini dilaksanakan di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam sebuah teleconference yang juga diikuti oleh beberapa perguruan tinggi
seperti ITB, Universitas Brawijaya, UI, IPDN Jatinangor dan Makassar,
Universitas Hasanuddin, dan IPB. Seminar ini juga dibroadcast dengan beberapa
negara yaitu Bangladesh, USA, Korea Selatan, dll. Seminar ini diisi oleh
pembicara dari UNESCO, beberapa Kementerian, LIPI, dan Indonesia Water Institute.
Jadi, kita tahu bahwa
sebenarnya masalah utama dalam sektor apapun di dunia maupun sebuah negara
adalah ketidakseimbangan atau imbalances.
Ketidakseimbangan inilah yang membuat suatu sistem tidak berjalan secara
maksimal karena koordinasi yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan terjadi antar
manusia maupun antara manusia dengan bumi. Kita bisa merasakan bahwa 50% orang di bumi ini hanya menguasai 1% aset
di dunia. Di sisi lain, 1% orang di bumi ini menguasai hampir 50% global aset. Analogi
angka ini misalnya adalah Bil Gates yang mempunyai harta sekitar Rp980 Trilliun
hanya dimiliki oleh satu orang, coba bayangkan jika harta itu dimiliki oleh
orang kategori mapan dengan harta Rp1 Milyar maka harta pribadi Bil Gates
sebesar Rp980 Trilliun bisa dimiliki hampir 1 juta orang. Contoh
ketidakseimbangan lain adalah banyaknya negara maju yang mengalami surplus
untuk persediaan makanan dan sumber daya alam namun di sisi lain ada juga
banyak manusia yang meninggal karena kelaparan. Salah satu cara mencapai
ketidakseimbangan sumber daya alam ini misalnya dengan adanya kegiatan
ekspor-impor antar negara yang surplus dengan negara yang defisit sumber daya-nya,
namun kegiatan ini terlalu menekankan pada kepentingan bisnis semata yang
kapitalis sehingga keseimbangan belum sepenuhnya tercapai.
Selain permasalahan
antar manusia diatas, permasalahan ketidakseimbangan juga terjadi pada manusia
dan bumi yang lebih memprihatinkan. Penggunaan sumber daya bumi yang tidak
berkelanjutan menjadi faktor utama masalah ini. Kegiatan sehari-hari yang
dilakukan manusia pasti membutuhkan sumber daya yang sebagian besar berasal
dari bumi. Kegiatan manufaktur perusahaan misalnya. Pabrik merupakan tempat
produksi perusahaan untuk mentransformasi bahan baku menjadi barang siap pakai untuk
keperluan produksi maupun diolah kembali. Pabrik atau dalam istilah bahasa
inggrisnya disebut Plant. Sebenarnya
sebutan Plant ini ditujukan
agar pabrik tempat produksi bisa berperan serta juga sebagai tanaman yang
mengambil sesuatu dari bumi (unsur hara, air, dll melewati akar) kemudian
memberikan timbal balik ke bumi dengan memberikan udara segar hasil
fotosintesis. Namun ternyata sebutan Plant
untuk pabrik yang sebenarnya bermaksud untuk mencapai tujuan itu tidak bisa tercapai.
Lalu apa solusi yang
bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang besar ini? Jawabannya adalah
dimulai dari diri sendiri dan dari hal kecil. Masalah utamanya memang besar,
namun sebenarnya solusinya kecil. Namun kita selalu melupakan suatu hal yang
kecil itu karena terkadang hal kecil membutuhkan usaha yang besar dalam
melakukannya. Melakukan sustainable decision
atau keputusan yang berdampak jangka panjang dalam melakukan kegiatan
sehari-hari sangatlah penting. Misalnya membawa botol air minum sendiri yang
bisa dipakai ulang sehingga mengurangi sampah botol air minum ataupun membawa
sapu tangan pribadi dari kain yang bisa dicuci ulang sehingga mengurangi
penggunaan tissue yang berbahan dasar dari kayu. Lakukan hal kecil ini supaya
menjadi kebiasaan walaupun baru berupa kegiatan kecil lalu kemudian lakukan hal
kecil lainnya lagi yang bisa berdampak baik pada lingkungan! Kegiatan ramah
lingkungan yang dimulai dari hal kecil kemudian menjadi sebuah kebiasaan akan
menumbuhkan kesadaran untuk melakukan hal kecil yang lebih banyak lagi dan
lama-kelamaan hal kecil itu bisa menjadi hal yang lebih besar lagi.
Kemudian, cara
menyeimbangkan ketidakseimbangan antar manusia misalnya Bill Gates mendonasikan
hartanya untuk membantu sesamanya dengan mendirikan Bill Gates Foundation. Begitu juga dengan pendiri Google yang
terkenal dengan kekayaannya masih mau menyumbangkan kelebihan hartanya dengan
mendirikan sebuah yayasan. Bila kita tidak sekaya Bill Gates namun mempunyai
sedikit kelebihan, mulailah membantu orang-orang terdekat misal membantu
membiayai keponakan jika ada saudara yang membutuhkan, membantu anak tetangga
berprestasi yang kurang mampu, dll. Sebenarnya banyak sekali hal-hal kecil yang
bisa dilakukan untuk bisa menyeimbangkan hidup, asalkan kita sadar dan juga
memiliki niat. Memberi tidak akan menghabiskan harta kita, justru
kebermanfaatan harta itu akan terus mengalir. Kalau terasa masih sulit untuk
memberikan sesuatu kepada orang lain, boleh kita berpikiran bahwa dengan memberi
kita pasti akan menerima balasan. Hingga akhirnya setelah terbiasa, pemberian
yang kita berikan menjadi sebuah kenikmatan tersendiri tanpa mengharap balasan.
Category Lectures, Motivation, Thought
Powered by Blogger.