RSS Feed

KEYAKINAN DIRI

0

Saturday, August 23, 2014 by

Kehidupan memang merupakan sebuah sistem yang berjalan dengan sangat kompleksnya. Makanya saya sedikit bingung bagaimana memulai menulis kata-kata pembukaan untuk posting kali ini sehingga bisa mengerucut ke pembahasan utama. Ibaratnya bikin klise dulu sebelum memasuki inti cerita haha. Sebenarnya terkadang saya pribadi selalu bertanya-tanya mengapa saya terlahir sebagai diri saya dengan segala kisah, keluarga, dan kepribadian yang saya miliki? Bisa gak sih saya terlahir sebagai orang yang berbeda? Apa yang terjadi kalau saya bukanlah diri saya yang sekarang? Nah pertanyaan inilah yang membuat saya ingin menuangkannya dalam posting ini.

Pertanyaan diatas pasti sering kita semua tanyakan ke diri sendiri dan tentunya kepada Tuhan. Nah, pertanyaan yang selalu terbenak dalam diri saya ini seperti menjadi sebuah pengalaman spriritual yang luar biasa bagi saya. Ya, pada dasarnya manusia adalah makhluk individu secara fisik sehingga manusia perlu mengenal dirinya sendiri sebelum mulai mengenal orang lain sebagai makhluk sosial bahkan sebelum mengenal Tuhannya secara utuh.

Setiap orang pasti mengalami masa-masa labil ketika berusaha mencari jati diri yang sebenarnya. Usaha mencari jati diri ini sebenarnya adalah usaha mengenal dan memahami diri sendiri. Ketika masa-masa labil inilah saya terketuk hati untuk mengenal diri saya lebih dalam. Saya mengalami masa labil ini saat tingkat 2 masa kuliah. Mencari ilmu di ibukota yang keras membuat saya mengalami culture shock yang hebat karena sebelumnya saya menghabiskan seluruh hidup di kampung saya di desa kecil di kaki Gunung Slamet sehingga saat itulah saya harus bisa membawa diri dan semuanya dimulai dengan mengenal diri sendiri.


Trus bagaimana cara mengenal diri sendiri? Karena waktu itu lagi labil, saya sering menghabiskan waktu sendirian, kalau orang jaman dahulu ada istilah "bertapa" maupun dalam agama islam ada istilah "uzlah" tapi saya tidak seekstrem itu. Memang udah ada di kamus kalau orang labil itu penginnya sendirian. Kalau saya menghabiskan waktu sendiri bukan hanya dengan duduk sendiri melainkan berpergian sendirian ke suatu tempat sehingga bisa melihat sisi lain dari suatu hal dan juga sisi lain dari diri saya yang positif namun tidak terlihat/ terekspos. Misalnya nonton bioskop sendirian, karaoke sendirian, pergi makan sendirian, nge-mall sendirian, piknik sendiri haha istilahnya jaman sekarang disebut ME TIME. Kebiasaan ME TIME ini memang ada kalanya membuat saya jadi bisa masuk ke dalam diri saya dan merenung walaupun mungkin hanya sebentar tapi setidaknya saja jadi bisa berinstrospeksi. Bisa dibilang ini hijrah kecil-kecilan tanpa menetap. Apalagi mencari ilmu di ibukota yang kontras dengan keadaan saya di kampung membuat saya mengalami banyak hal baru karena saya yakin bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Gak tahu kenapa ya, ini membuat saya bisa mengenal diri lebih baik, tahu siapa saya, apa mau saya, hingga isi hati nurani.  Ya mungkin gak semua orang yang melakukan hal yang sama seperti saya ini bisa mencapai tujuan untuk mengenal dirinya, hidayah itu datang dari Tuhan kepada orang yang dikehendakinya saja. Saya juga mengimbangi kebiasaan ini dengan banyak berpuasa dan berdzikir, karena kita harus mendekatkan diri pada Tuhan sebagai pencipta agar bisa membantu kita mengenal diri sendiri.

Lalu apa manfaat bisa mengenal diri sendiri? Bisa dibilang saya jadi punya komitmen dan keteguhan hati tanpa bisa dipengaruhi orang lain karena merasa mengenal diri sendiri dengan baik sehingga lebih tahu keputusan yang akan diambil. Tepatnya sebuah KEYAKINAN. Bukannya keras kepala, tapi ini yang dimaksud dengan kegigihan. Gigih itu mempertahankan sesuatu yang benar yang sudah dipertimbangkan dampak untuk diri sendiri maupun orang lain, sedangkan keras kepala itu mempertahankan sesuatu yang salah dan egois.

Berbicara tentang keyakinan, hal ini juga selain menyangkut pada keyakinan terhadap diri sendiri juga menyangkut tentang keyakinan terhadap nilai, terutama nilai agama. Maka dari itu, ketika seseorang ditanya tentang "apa keyakinanmu?" biasanya mereka akan menjawab agama mereka. Jadi, disinilah sebuah inter-koneksi antara keyakinan yaitu antara diri sendiri dengan Tuhan sebagai sang pencipta. Suatu hari saya kadang bertanya-tanya mengapa teman saya bisa sukses padahal berbeda agama jadi tidak pernah menyembah Tuhan yang saya sembah? Saya yang seorang muslim dimana Allah SWT sebagai Tuhan saya yang memerintahkan untuk beriman kepadanya dan menjamin kesuksesan bila taat kepada-Nya, sedangkan teman saya yang seorang Kristen/ Katolik/ Budha dll tidak pernah menyembah kepada Tuhan saya masih tetap bisa memperoleh kesuksesan? Maaf bukannya membicarakan SARA, namun jawaban yang saya peroleh benar-benar membuat saya sadar. KEYAKINAN! Itulah jawabannya. Apapun agamamu walaupun kita mempunyai Tuhan yang berbeda, namun jika kita mempunyai keyakinan diri maka apapun yang kita lakukan akan berhasil, pastinya juga dibarengi dengan usaha dan doa. Bahkan seorang atheis pun bisa sukses. Yang penting adalah keyakinan diri. Bagaimana cara menumbuhkan keyakinan diri? Yang pasti balik lagi sesuai dengan pernyataan saya sebelumnya. Kenali dirimu dengan baik dan pahami siapa dirimu, apa kekuranganmu, apa kelebihanmu, apa yang kamu punya, apa yang kamu inginkan, apa yang menurutmu baik atau buruk, dll. Mengenal diri snndiri juga akan membuat kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan. Memiliki keyakinan diri akan membuat kita menjadi diri sendiri tanpa menuntut kesempurnaan. Manusia tidak ada yang sempurna karena manusia tidak bisa sempurna. Namun, menjadi manusia yang lebih baik dalam kesehariannya adalah wajib. Setiap orang pasti ingin menjadi orang yang baik dalam versi diri mereka sendiri.



Selain itu, dari beberapa sumber tentang psikologi manusia yang saya baca, 4 kecerdasan manusia yang meliputi PQ (Physical Quotient), IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient) merupakan juga merupakan komponen utama dalam membentuk keyakinan seseorang. Ya memang karena keyakinan yang kuat itu datang karena memiliki ilmu pengetahuan yang baik (IQ), kondisi fisik yang prima (PQ), emosi/ karakter yang terjaga (EQ), dan juga keyakinan dengan sang pencipta yang utuh (SQ). PQ merupakan kemampuan seseorang dalam menjaga kebugaran dan kesehatan dirinya sendiri. Menjaga kesehatan akan membentuk tubuh yang kuat dan jiwa yang sehat. Men Sana in Corpore Sano. IQ merupakan kemampuan seseorang dalam menangkap informasi dan mempelajari hal baru meliputi kecerdasan verbal, visual, interpersonal, dll. EQ merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya bahkan mengendalikan emosi orang lain meliputi kecakapan diri, motivasi, kesadaran diri, dll. SQ merupakan kemampuannya seseorang yang bisa memaknai kehidupannya, memiliki pinsip yang selalu dipegang teguh agar bisa membedakan yang benar dan salah. Makanya, biasanya cara melatih SQ adalah dengan mendekatkan diri dengan Tuhan sesuai dengan agama/ keyakinannya masing-masing karena setiap agama biasanya punya aturan mengenai hal yang benar dan hal yang salah dan bisa memaknai tujuan hidup dengan baik. Semua empat kecerdasan ini harus diseimbangkan dengan baik karena semuanya berkaitan satu sama lain. Ya, teori kecerdasan manusia ini menunjukkan bahwa kita harus hidup seimbang agar bisa mencapai kebahagiaan dan kesuksesan hidup.


Terakhir, belajar ilmu psikologi memang sangat diperlukan untuk mengenal personality kita masing-masing. Ada banyak pembagian jenis personality menurut beberapa tokoh/ teori. Misalnya yang paling umum adalah pembagian 4 personality: Sanguinis, Melankolis, Plegmatis, dan Koleris. Tiap orang biasanya punya keempat personality ini namun presentase-nya berbeda untuk masing-masing ada yang menonjol, sedang, maupun sedikit. Kemudian ada juga teori yang membagi personality menjadi 3: Kinestetis, Audio, dan Visual yang berhubungan dengan cara belajar seseorang. Selain itu juga ada personality berdasarkan golongan darah, hari lahir (dalam istilah Jawa disebut Weton), Bintang kelahiran (Libra, Virgo, Scorpio, dll), Shio tahun lahir, dan masih banyak lagi. Bahkan kalau Anda belajar ilmu psikologi dalam agama pasti ada pembagian personality berdasarkan pembagian karakteristik tertentu. Menurut saya, pembagian personality itu jumlahnya sesuai jumlah orang di muka bumi ini karena setiap orang itu unik dan selalu ingin berbeda dari orang lain berdasarkan Self Esteem mereka. Tidak ada orang yang benar-benar berwatak sama dalam memandang suatu hal yang banyak sekali macamnya.


Leave a Reply

Powered by Blogger.