PENGEMBANGAN PRODUK UKM
0Monday, August 25, 2014 by zidniezou
Mau share ringkasan jurnal skripsi versi Indonesia dari
hasil tugas akhir (skripsi) saya dalam menyelesaikan kuliah di Departemen
Teknik Industri UI. Sudah setahun yang lalu saya buat namun baru terpikir buat
share di posting blog. Ini ringkasan jurnal skripsi jadi lebih pendek dari
jurnalnya, apalagi jurnalnya juga merupakan ringkasan padat dari skripsi saya. Sumbernya pun gak saya cantumin soalnya banyak banget. Jadi
mungkin isinya terlalu bantet bikin kurang paham. Judul lengkapnya adalah: Pendekatan Makroergonomi dalam Tahapan Proses Pengembangan Produk pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Kreatif di Indonesia yang Berorientasi Ekspor. Kalau mau minta file
lengkapnya bisa email ke saya di zidniezou@yahoo.com. Semoga bermanfaat.
------------------------
New Product Development
(NPD) merupakan keseluruhan proses dari strategi, organisasi, generasi konsep,
pembuatan, dan evaluasi rencana produk dan marketing,
serta komersialisasi dari produk baru (PDMA Website, 2006). Secara khusus, proses
pengembangan produk didefinisikan sebagai kumpulan aktivitas yang dimulai
dengan kesadaran dari peluang pasar sampai produksi, penjualan, dan meluncurkan
sebuah produk (Ulrich dan Eppinger, 2008).
Proses pengembangan produk baru merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak fungsi dalam perusahaan, mulai dari R&D, pemasaran,
produksi, penjualan, hingga keuangan. Proses pengembangan produk yang matang
akan menjamin kesuksesan produk baru ketika diluncurkan ke pasar. Produk baru yang sukses di
pasar mampu meningkatkan keuntungan dan keunggulan kompetitif untuk suatu
perusahaan. Keberhasilan jangka panjang suatu
perusahaan bergantung pada kemampuannya untuk berkompetisi dengan perusahaan
lain, yaitu dengan senantiasa memberikan inovasi-inovasi terhadap produknya, dan
menjadikan produk-produk buatannya superior dibandingkan produk buatan
perusahaan lain. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan pengembangan produk
baru, sehingga perusahaan dapat terus memenuhi kebutuhan konsumen yang terus
berubah.
Sistem Stage-Gate
adalah sebuah jalan konseptual dan operasional untuk menjalankan proyek
pengembangan produk baru dari mulai penggagasan ide sampai dengan peluncuran
produk. Sistem ini didesain oleh Dr. Robert G. Cooper dan terdiri dari beberapa
tahapan yang sudah ditentukan, aktivitas lintas fungsi dan paralel. Pintu masuk
setiap stage disebut gate. Gate ini mengendalikan proses dan difungsikan sebagai pengendalian
kualitas dan titik keputusan apakah akan melanjutkan ke tahap berikutnya.
Kumpulan stage dan gate ini membentuk format yang disebut
sebagai proses Stage-Gate.
Gambar 1. Model
Stage-Gate
Di Indonesia,
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang signifikan
karena memiliki peran penting dalam pengembangan ekspor nasional yang memberi
kesinambungan di dalam fondasi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data
Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia pada tahun 2012 tercatat
ada 55,206 juta unit atau 99,99% dari total pelaku usaha. Sektor UKM
memberikan kontribusi 56,7% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan 19,4% dari
total ekspor. Oleh sebab itu, peran negara menjadi penting bagi mereka untuk
dapat bersaing di pasar global.
Menurut Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan
Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Neddy Rafinaldi Halim, sektor ekonomi
kreatif yang sebagian besar digerakkan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM)
dinilai akan sangat potensial untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju
pada 2030. Namun demikian, ternyata UKM saat ini, terutama UKM kreatif dirasa
kurang memiliki kemampuan untuk memenuhi prasyarat memasuki pasar global. Jika
perusahaan besar atau korporasi mampu berperan secara efektif dalam
perekonomian global karena ditunjang dengan ketersediaan modal, penguasaan
teknologi, sistem informasi, sistem manajerial yang efektif dan efisien, serta
penguasaan terhadap sumber daya (alam dan manusia), maka lain halnya dengan apa
yang dimiliki UKM yang apabila bisa menembus pasar global, posisinya rentan
akibat minimnya kemampuan kompetisi. Hal inilah yang merupakan masalah utama
UKM dibandingkan perusahaan besar pada umumnya.
Pada
situasi ini, UKM dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melakukan inovasi. Proses pengembangan produk baru pada UKM juga tidak kalah
penting karena merupakan tahapan yang harus dilakukan dalam mendesain produk
baru dari idea generation hingga launching. Apalagi, UKM di sektor
industri kreatif harus selalu berinovasi dan mengembangkan ide. UKM di
Indonesia mempunyai karakteristik dan kendala yang berbeda dibandingkan dengan
perusahaan besar dalam melakukan ekspor. Banyak potensi ekspor pada produk UKM
di Indonesia namun tidak adanya panduan atau template berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh UKM yang
berorientasi ekspor. Oleh karena itu perlu adanya panduan langkah-langkah yang
terstruktur dan sistematis dalam proses pengembangan produk baru bagi UKM di
Indonesia yang berorientasi ekspor.
Pendekatan makroergonomi akan menganalisa keadaan
internal UKM kreatif dan keadaan sosioteknis Indonesia dalam proses pengembangan
produk yang berorientasi ekspor. Fokus
dalam penelitian ini adalah mengevaluasi sistem yang kompleks melalui
pendekatan yang komprehensif, yaitu pendekatan makroergonomi. Tujuan dari
penelitian ini adalah memperoleh template
proses pengembangan produk untuk UKM kreatif di Indonesia yang berorientasi
ekspor, sehingga diharapkan dengan adanya template dalam bentuk buku panduan
ini akan membuat produk UKM bisa bersaing di pasar global, sukses masuk ke
pasar, dan mengatasi kendala yang biasanya terjadi saat ekspor barang ke luar
negeri.
Menurut H.W. Hendrick (2002), makroergonomi merupakan suatu
studi yang mempelajari bagaimana mengoptimalkan organisasi dan desain sistem
kerja dengan mempertimbangkan variabel manusia, teknologi dan lingkungan
serta interaksi di antara variabel tersebut. Makroergonomi
telah dikenal sebagai subdisiplin ergonomi yang terkait dengan hubungan
manusia, organisasi dan teknologi. Metode
makroergonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macroergonomics Intervention Program. Tujuan dari Macroergonomics Intervention Program ini
fokus dalam menyediakan sekumpulan langkah yang logis dan terintegrasi dalam
sebuah metodologi yang digunakan ketika melakukan proyek ergonomi. Berikut ini
adalah langkah-langkah dalam Macroergonomics
Intervention Program yang harus dilakukan untuk menyusun proses:
a. Tahap
1: Establish the Need for the Program
b. Tahap
2: Define the General and Specific
Objectives
c. Tahap
3: Research Design
d. Tahap
4: Update the Initial Planned Situation
in the Program
e. Tahap
5: Planned Activities Within the
Intervention Program
f. Tahap
6: Expected and Unexpected Effects During
Planning
Dari
hasil pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan langkah-langkah dalam Macroergonomics Intervention Program,
didapat beberapa faktor yang menyebabkan UKM belum melakukan ekspor sebagai
berikut:
a. Proses
ekspor yang rumit (mengurus surat-surat, kapasitas produksi, dll).
b. Bisnis
yang dilakukan saat ini hanya sekedar hobi, tidak mempunyai pengetahuan bisnis
yang baik.
c. Sudah
puas dengan keadaan usaha saat ini, khawatir dengan risiko
pengembangan bisnis.
d. Kurangnya
fasilitas dari pemerintah terutama dalam mendukung ekspor produk UKM.
e. Kesulitan
dalam mencari bahan baku sehingga menghambat kapasitas produksi.
f. Kesulitan
memasarkan produk ke luar negeri.
g. Khawatir
ditipu oleh pembeli luar negeri.
Dari beberapa
faktor diatas, dibuat Combination ID/
Matrix untuk mengetahui hubungan sebab-akibat dari semua faktor sehingga
bisa diketahui faktor apa yang menjadi akar permasalahan dan mempunyai hubungan
yang kuat dengan faktor lain sehingga menyebabkan dampak yang lebih banyak
lagi. Tanda panah ke atas menunjukkan sebab, sedangkan tanda panah ke samping
menunjukkan akibat dari hubungan antara kedua faktor tersebut. Berikut ini
adalah tabel Combination ID/ Matrix dari
faktor - faktor yang menyebabkan UKM belum melakukan ekspor:
Tabel
1. Combination
ID/ Matrix
Dari hasil
matriks diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang memiliki hubungan
sebab-akibat yang kuat dengan faktor lain yang menyebabkan UKM di Indonesia
saat ini belum melakukan ekspor adalah kurangnya pengetahuan bisnis yang
dimiliki oleh pelaku UKM (Strength:
40 poin). Hal ini menyebabkan pelaku UKM cepat merasa puas dengan kondisi usaha
mereka yang sudah sukses, belum berpikir untuk mengembangkan bisnisnya (Total out: 6). Dukungan pemerintah dalam
proses ekspor-impor bagi UKM merupakan indikator utama untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut (Total in:
6).
Untuk memahami permasalahan dengan lebih mudah,
dibuat diagram sebab-akibat (fishbone
diagram) dari lima faktor utama berdasarkan nilai strength yang paling
tinggi. Kelima faktor utama tersebut dikategorikan dalam tiga kategori yaitu
proses ekspor-impor, pelaku UKM ,dan pemerintah. Di bawah ini adalah fishbone diagram dari kelima faktor
utama diatas:
Gambar 2.
Diagram Sebab-Akibat
Dari
hasil pengumpulan dan pengolahan data serta diskusi dengan praktisi
pengembangan bisnis yaitu Bapak Wempy Dyocta Koto (CEO Wardour and Oxford, Global Business Development Agency)
dapat dimodelkan proses pengembangan produk untuk UKM. Dari tahapan proses
pengembangan produk yang dibuat, diharapkan bisa menjawab permasalahan UKM
seperti yang dijelaskan pada Combination
ID/ Matrix dan Diagram Sebab-Akibat diatas. Berikut ini adalah model proses
pengembangan produk untuk UKM yang Berorientasi Ekspor:
Gambar 3.
Model Proses Pengembangan Produk untuk UKM
Model yang
dihasilkan terdiri dari lima tahap utama yaitu tahap ide produk, pengembangan
ide, validasi produk, peluncuran produk, hingga analisis pasca peluncuran
produk seperti tahapan pada Stage-Gate
Model. Namun, ada tahapan pada Stage-Gate
Model yang tidak dilakukan dalam model proses pengembangan produk UKM ini
yaitu tahap Scooping. Kelima tahap utama ini disesuaikan dari hasil
perbandingan tahapan proses pengembangan produk UKM yang dibuat dengan Stage-Gate Model. Jika dibandingkan
dengan Stage-Gate Model, model proses
pengembangan produk untuk UKM ini masih sangat sederhana karena masih banyak
beberapa tahapan dalam Stage-Gate Model
yang tidak dilakukan karena model proses pengembangan produk yang dibuat
tersebut disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan UKM.
Jadi, sebagai kesimpulan dalam analisis ini bahwa
masalah kurangnya pengetahuan bisnis para pelaku UKM salah satunya dapat
diatasi dengan memberikan pengetahuan seputar proses pengembangan produk bagi
UKM yang memberikan tahapan-tahapan yang terstruktur dan sistematis dalam
proses pengembangan produk sehingga diharapkan produk yang dihasilkan UKM
memiliki standard dan kualitas yang bagus, mendorong inovasi produk, dan produk
yang dihasilkan bisa bersaing di pasar global.
Category About Me, Campus Life, Lectures
Powered by Blogger.