RSS Feed

ENTERTAINMENT LIFE CYCLE

0

Wednesday, October 1, 2014 by

Dalam ilmu ekonomi, setiap produk biasanya memiliki masanya tersendiri walaupun tergantung jenis produk itu sendiri dan tingkat inovasinya serta tuntutan perkembangan jaman. Namun pada umumnya tiap produk akan mengalami masa introduction (perkenalan), growth (pertumbuhan), mature (puncak) hingga kemudian decline (menurun) atau bahkan hilang sama sekali. Ada produk yang pertama kali diperkenalkan langsung mengalami mature/ puncak atau mengalami perkembangan seperti produk fashion yang mungkin booming pada suatu waktu tertentu kemudian menurun namun akan booming lagi di waktu di masa depan. Yap tergantung bagaimana cara mempengaruhi masyarakat dalam memasarkan produk itu sendiri. Inilah yang dinamakan dengan Product Life Cycle. Posting yang akan saya bahas ini berhubungan dengan mata kuliah Product Life  Cycle Management pas saya ambil ketika kuliah semester 7.
Gambar Product Life Cycle
Selain belajar tentang Product  Life Cycle, saya juga belajar tentang sejarah perkembangan industri di dunia terutama mengenai trend dari tahun ke tahun bahkan dari abad ke abad mengenai perkembangan suatu jenis industri. Kondratieff Waves merupakan salah satu teori yang membahas tentang trend industri dari tahun ke tahun. Kondratieff Waves ini biasa digunakan oleh para broker/ pialang di burrsa efek untuk menebak trend yang mungkin akan berkembang di suatu hari nanti sehingga mereka bisa menerka dan membeli saham jenis perusahaan tertentu pada saat ini untuk bisa dijual lagi ketika harga saham jenis perusahaan tertentu tersebut mengalami kenaikan. Awal bergeraknya industri setelah Revolusi Industri di Perancis diawali dengan penemuan Mesin Uap oleh James Watt pada akhir abad ke-18. Makanya James Watt disebut sebagai Bapak Revolusi Industri karena penemuannya ini merintis berkembangnya industri lain yang menciptakan trend dari tahun ke tahun. Penemuan mesin uap kemudian diikuti oleh perkembangan transportasi menggunakan kereta api uap, industri elektronik dan kimia, industri petrokimia, transportasi automobile, hingga IT pada beberapa tahun terakhir ini. Industri yang berkembang setelah IT yang bisa kita lihat adalah bioteknologi dan mungkin ke depannya adalah industri yang menciptakan atau melayani hal yang bersifat otomatis/ instan karena perkembangan peradaban yang menuntut orang bergerak cepat dan serba instan dan juga perkembangan IT sendiri yang menyebabkan orang tidak perlu mobile/ berpindah tempat. Kemudian juga industri kesehatan akan semakin ramai dengan masuknya swasta di sektor ini karena gaya hidup masyarakat dunia yang serba instan, otomatis, dan tidak sehat akan membuat industri kesehatan makin laris manis.
Gambar Kondratieff Waves
Dalam perkembangan industri IT beberapa tahun ini, saya belajar mengenai Technology Adoption Life Cycle. Karena produk teknologi membutuhkan pembelajaran dalam menggunakannya serta harga yang lumayan mahal, maka tidak semua orang langsung bisa menggunakannya karena hanya beberapa kalangan tertentu akan lebih dulu mengadopsinya (paling pertama adalah penemu/ inventor/ innovator) kemudian diikuti oleh Early Adopters (biasanya orang berpendidikan dan berduit), Early Majority (orang yang update/ banyak berhubungan dengan Early Adopters), Late Majority (kurang update), hingga Laggards (orang terbelakang). Makanya dalam bisnis teknologi ini sebenarnya perusahaan pendahulu tidak perlu takut jika merasa sudah kehilangan konsumen dan masuknya industri sejenis yang lebih inovatif karena masih ada pasar yang belum menjangkau produk IT ini. Misalnya Nokia yang terlihat sudah ketinggalan namun ada potential consumer yaitu orang-orang kampung atau di daerah kecil di Indonesia yang sudah merasa butuh Handphone namun belum bisa menggunakan Handphone yang modern sekelas Samsung Galaxy ataupun iPhone. Ada juga Blackberry maupun aplikasi Facebook yang sudah mulai terlihat ketinggalan namun masih adalah kalangan Laggards ataupun Late Maojity yang sedang mulai menggunakannya. Kalau saya lihat di Indonesia jumlah innovators masih sangat sedikit sedangkan jumlah early adopters, early majority, late majority, hingga laggards masih cukup seimbang sehingga jangan takut kehilangan konsumen untuk pasar IT ini.
Gambar Technology Adoption Life Cycle
Perkembangan industri entertainment di Indonesia bahkan dunia memang sangat asik diikuti dan bagi saya yang suka menganalisa jadi cukup menarik untuk dibahas. Kalau kita lihat memang di Indonesia (atau mungkin juga dunia) tiap tahun memiliki masa preferensi/ trend terhadap dunia entertainment yang berbeda. Nah dari sini saya pengin melakukan analisa lebih dalam sekalian “ngubek-ngubek” ataupun nostalgia buat saya sendiri terutama terinspirasi dari adanya trend industri Kondratieff Waves. Analisa yang saya buat ini berdasarkan apa yang saya alami sebagai generasi 90an (saya lahir tahun 1991) jadi analisanya dimulai dari awal 90an. Setiap beberapa tahun sekali memang dunia entertainment seperti mengalami perubahan preferensi baik mengikuti berdasarkan trend yang sedang boming ataupun karena merasa sudah bosan dan mulai meninggalkan yang lama untuk berpindah ke hal yang baru. Misalnya saja pada awal tahun 90an ketika film Hongkong sedang booming terutama film dari aktor Jacky Chan dan film Shaolin Bo Bo Ho. Kemudian preferensi beralih ke Telenovela kemudian Bollywood India, hingga sekarang ketika demam Korea sedang sangat memuncak. Namun dari preferensi yang berubah-ubah ini, hampir preferensi terhadap entertainment dari negara kita sendiri selalu stabil tiap tahun masih selalu digemari walaupun mengalami perubahan dari genre maupun generasi pemainnya. Preferensi terhadap film atau musik barat juga selalu stabil karena merupakan trendsetter dalam industri hiburan di dunia. Preferensi masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun memang biasanya lebih ke drama serial/ film maupun musik.

DRAMA HONGKONG: AWAL 90an
Film Hongkong mulai berkembang sejak akhir 80an dan memuncak di awal 90an di Indonesia. Siapa yang gak kenal Jackie Chan? Bahkan Kakek dan Nenek saya yang tidak update tentang dunia entertainment selain sinetron Indonesia tahu Jackie Chan. Aktor asia asal Hongkong yang sudah mendunia ini merupakan perintis kepopuleran film Hongkong lewat film Police Story 1 (1985), Police Story 2 (1988), Police Story 3 (1992) hingga diproduksi Police Story 2013. Selain Jackie Chan, kepopuleran film Hongkong juga dibawa oleh film Boboho. Film yang dibintangi oleh Hao Shaowen yang gendut dan Shi Xiaolong si ahli kungfu ini memang banyak bercerita tentang Shaolin. Film ini memang seru dan bisa dinikmati siapa saja dari anak kecil hingga orang tua. Shaolin Popey merupakan judul film Boboho yang bisa dibilang paling terkenal. Selain film ini, beberapa film Hongkong lain yang populer pada kala itu adalah The Return of the Condor Heroes (Andy Lau), Pedang Pembunuh Naga (Tonny Lung), Puteri Huanzu, dan Legenda Siluman Ular Putih. Drama Hongkong ini didominasi oleh cerita yang berbau action yang identik dengan bela diri ataupun pertarungan.

TELENOVELA: AKHIR 90an
Kalau tidak salah perintis film Telenovela di Indonesia adalah Maria Mercedes yang tayang sekitar tahun 1992 yang diperankan oleh Thalia yang juga merupakan pemeran Marimar pada tahun 1994. Film Telenovela mulai berkembang ketika tayang film Esmeralda yang bercerita tentang gadis buta yang dibuang karena ayahnya yang mengharapkan seorang anak laki-laki kemudian Esmeralda jatuh cinta dengan anak laki-laki yaitu Jose Armando yang menggantikannya itu. Kesuksesan Telenovela diikuti dengan penayangan Rosalinda (Thalia, 1998), Cinta Paulina (Gabriela Spanic, 1998), Carita de Angel (Dulce Maria aka Daniela Aido, 2000), Amigos X Siempre (Belinda, 2000), dan Betty La Fea (2001). Film Telenovela tayang sejak awal 90an dengan Marimar dan memuncak pada akhir 90an. Drama telenovela terkenal dengan cerita percintaan yang tidak direstui oleh pihak tertentu.

BOLLYWOOD: AWAL 2000an
Film Bollywood langsung memuncak pada awal penayangannya di Indonesia berkat film Kuch Kuch Hota Hai yang diperankan oleh Shahrukh Khan (Rahul), Kajol (Anjali), dan Rani Mukherjee (Tina). Film ini dirilis dan tayang langsung di Indonesia pada tahun 1999. Kesuksesan film ini membuat film Bollywood makin digemari dengan tayangnya film lainnya seperti Kabhi Khushie Kabhie Gham (2001), Mohabbatein yang merupakan film favorit saya haha, Chori Chori Chupke Chupke (Salman Khan, Rani Mukherjee, dan Preity Zinta – 2001), Koi Mil Gaya (Hrithik Roshan dan Preity Zinta, 2003), Dil Hai Tumhara, Rishtey, dll. film Bollywood terkenal dengan lagu-lagu khas gendang India yang menjadi identitas filmnya. Selain itu juga film India terkenal dengan goyangan hingga akhirnya mulai kurang diminati oleh masyarakat Indonesia pada pertengahan 2000 karena berkesan terlalu seksi. Namun pada tahun 2009 film India seperti Three Idiots, Slumdog Millionaire, dan My Name is Khan (2010) membangkitkan kembali kesuksesan film India karena ceritanya yang menginspirasi dan jauh dari kesan seksi. Namun setelah film ini kemudian film India mundur tapi populer lagi dengan serial Mahabharata dan Ramayana pada 2014 ini. Trend film Bollywood ini seperti produk fashion yang meredup kemudian booming lagi pada waktu tertentu. Kepopuleran film India yang bergerak seperti produk fashion ini memang memberikan bukti bahwa film India selalu digemari karena adanya persamaan budaya di Indonesia seperti sejarah, gendang, agama, dll.

WESTERN: AWAL 2000
Kepopuleran Western Wave bisa dibilang hampir bersamaan dengan kepopuleran Bollywood di Indonesia. Western Wave ini didominasi dari negara Inggris dan Amerika Serikat. Western Wave mulai populer di Indonesia dengan Boyband mereka seperti Boyzone (UK, 1993), Backstreet Boys (US, 1993),Spice Girls (UK, 1994), NSYNC (US, 1995), FIVE (UK, 1997), Westlife (Irlandia, 1998), A1 (UK, 1998), dan Blue (UK, 2000). Puncak kepopuleran Boyband menggeser kepopuleran film Bollywood yang semakin menurun sekitar tahun 2002 – 2004. Western wave ini laris karena menyajikan boyband dengan suara merdu, musik yang universal, dan wajah khas bule yang menggoda. Kepopuleran Boyband juga memicu kepopuleran TV Series seperti Friends (1994 – 2004), Dawson’s Creek (1998 – 2003), Smallville (2001 – 2011), Supernatural (2005), How I Met Your Mother (2005 – 2014), Gossip Girl (2007 – 2012), hingga Glee (2009 – 2014). Boyband dari western ini ternyata tidak bertahan lama walaupun secara umur mereka bubar setelah hampir 10 tahun berkarir, namun waktu dari puncak kepopuleran mereka hingga akhirnya hiatus/ bubar bisa dibilang sangat singkat. Hampir pada tahun 2006 semua boyband ini bubar/ hiatus. Kalau berbicara dengan Hollywood yang merupakan trendsetter industri hiburan di dunia memang selalu digemari setiap saat. Namun analisa yang saya buat ini memperlihatkan trend TV Series Hollywood yang ternyata berkembang dari sini. Kalau bicara tentang film box office barat terutama hollywood sepertinya selalu diminati tiap waktu oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. TV Series barat lebih banyak menceritakan drama percintaan yang gonta-ganti pasangan haha. TV Series barat sangat khas dengan memiliki beberapa season sehingga jumlah episode yang ditayangkan tidak terlihat panjang.

TAIWAN: AWAL 2000an
Akhir tahun 90an hingga awal tahun 2000an merupakan perkembangan industri IT yang menyebabkan media bisa berkembang sangat cepat, begitu juga dengan media untuk industri hiburan ini. pada awal 2000an ini memang di Indonesia sedang mengalami masa Nano-Nano atau merasakan perkembangan dunia hiburan yang beraneka macam dari Telenovela, Bollywood, hingga western. Perkembangan industri hiburan Taiwan di Indonesia diawali dari kesuksesan film Meteor Garden (2001) yang terkenal dengan San Chai (Barbie Shu) dan Dao Ming Se (Jerry Yan) serta teman F4-nya. Pada masa ini memang masa boyband western sedang digandrungi sehingga datangnya boyband Taiwan F4 sebagai pemeran Meteor Garden memberikan wajah baru boyband khas Asia. Kesuksesan Meteor Garden membawa industri hiburan Taiwan ke puncak seperti kesuksesan Kuch Kuch Hota Hai yang langsung membawa bollywood. At The Dolphin Bay (2003) yang dibintangi oleh Angela Zhang juga mengikuti kesuksesan Meteor Garden. Film mandarin favorit saya adalah TWINS (2003) yang diperankan oleh Chen Qiao En (Liang Xiao Feng), Penny Lin (Zhuang Fei Yang), dan Wallace Huo (Li Wei Xiang). Pada masa puncak kepopuleran film mandarin juga ada serial Kera Sakti yang menjadi tontonan wajib saya di sore hari hehe. Meredupnya drama Taiwan terjadi setelah tayangnya Hot Shot/ Basketball Player yang dibintangi oleh Jerry Yan, Show Luo, dan Wu Chun pada 2008. Drama Taiwan identik dengan cinta segitiga yang bikin geregetan.

KOREA: AKHIR 2009
Awal kepopuleran drama korea diawali dengan serial Winter Sonata (2002). Tayangnya Full House (2004) yang dibintangi Jeon Ji-hoon (Rain) membuat demam drama Korea makin hits diikuti dengan Sassy Girl Chun Hyang (2005), dan Princess Hours (2006). Drama favorit Korea saya adalah Jewel in The Palace (2003) yang tayang di Indonesia tahun 2005 karena drama ini bercerita tentang dapur istana yang klop banget dengan hobi saya yang senang masak. Puncak kegemilangan industri hiburan Korea terjadi tahun 2009 ketika tayang drama Boys Before Flowers yang diperankan oleh Lee Min Ho, Kibum, dan Kim Hyung Joong yang sangat digilai wanita. Pada tahun 2009 juga Boyband Super Junior besutan SM Entertainment sedang nge-hits dengan lagu Sorry Sorry sehingga industri hiburan Korea sangat mendunia. Munculnya banyak boyband seperti Girl’s Generation, Shinee, FX, After School, 2PM, EXO, Bigbang, 2NE1, dll makin memperlengkap industri ini. Kepopuleran K-WAVE di dunia bertambah ketika PSY dengan hits Gangnam Style-nya pada 2012 memecahkan rekor penonton Youtube di dunia. Industri hiburan di Korea memang seperti rencana pemerintah Korea Selatan untuk menunjukkan kebesarannya karena demam K-Wave ini tidak hanya pada drama, boyband, makanan, pariwisata, dan fashion tapi juga kebesaran industri asli Korea seperti Samsung, LG, Hyundai, Etude House, dll. hingga tahun 2014 ini memang sepertinya demam industri hiburan dari Korea masih bertahan. Saya yakin pasti lambat laun maka preferensi masyarakat Indonesia akan berubah seperti yang terjadi pada perkembangannya sejak awal 90an. Tapi menurut saya industri hiburan Korea akan memiliki waktu yang lebih panjang daripada industri hiburan lain seperti sebelumnya karena mereka memiliki manajemen yang profesional  dan pemerintahan yang mendukung serta trend debut bintang baru. Lihat ulasan saya mengenai industri hiburan K-Wave disini.

Well, mungkin ini perkembangan trend industri hiburan di Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami banyak perubahan preferensi dari hiburan Hongkong – Telenovela – Bollywood – Western – Taiwan – Korea. Ini hanya analisa berdasarkan apa yang saya lihat, mungkin sebenarnya ada hal yang booming pada waktu tertentu namun saya kurang mengikuti sehingga tidak dibahas dalam posting kali ini. Okay untuk industri hiburan Indonesia sendiri sebenarnya dari urusan dunia musik cukup merajai Asia Tenggara. Setiap tahun sepanjang waktu juga pasti ada saja sinetron/ serial yang nge-hits namun selalu ada wajah generasi baru dalam perkembangannya misalnya Keluarga Cemara, Si Doel Anak Sekolahan, Tersayang, Tersanjung, Janjiku, Air Mata Ibu, Sephia, Dewi Fortuna, Misteri Gunung Merapi, Wiro Sableng, Jaka Gledhek, Panji Manusia Milenium, Saras 008, hingga Tukang Bubur Naik Haji. Dari sini juga bisa kita lihat kalo preferensi film Indonesia sendiri berbeda genre-nya tiap waktu dari film keluarga, sejarah, romansa cinta, superhero, dll. Saya membuat grafik Entertainment Life Cycle di Indonesia sebagai berikut:

Well, kalau kita bicara mengenai "benang merah" dari semua genre entertainment yang pernah merajai pertelevisian di Indonesia, saya mau mengilustrasikannya pada gambar di bawah ini. Ya, seks adalah bumbu rahasia dari semuanya. Setiap serial/ tokoh/ pemeran dari semua genre menampilkan seks. Seks tidak hanya sebatas tentang hubungan badan. Tubuh kekar aktor pria, roti sobek oppa, sensualnya para penari wanita, dan lain sebagainya bisa diidentifikasikan sebagai seks. Di industri entertainment, sex is the best advertising! sex is the powerful tools.


Leave a Reply

Powered by Blogger.